Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset Pusat Penelitian Perkembangan Iptek (Pappiptek) LIPI menyimpulkan, proses penciptaan, pengembangan dan pemanfaatan Iptek di Indonesia masih berjalan di tempat dan belum sesuai seperti yang diharapkan.

Hal itu dinyatakan Kepala Pappiptek Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Husein Avicenna dalam seminar bertema "Peran Jejaring dalam Meningkatkan Inovasi dan Daya Saing Bisnis" yang dihadiri Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Suharna Surapranata dan Ketua Komite Inovasi Nasional Zuhal di Jakarta.

"Hasil penelitian Pappiptek memperlihatkan bahwa interaksi antarsistem inovasi, yakni kalangan akademis (peneliti), pemerintah dan dunia bisnis masih lemah," katanya.

Husein juga menuturkan bahwa pembangunan struktur industri manufaktur Indonesia juga masih didominasi produk-produk dengan kandungan teknologi rendah yang tidak banyak membutuhkan riset.

"Nilai output produk manufaktur dengan kandungan teknologi rendah jauh lebih besar ketimbang nilai output produk manufaktur dengan kandungan teknologi menengah rendah, teknologi menengah tinggi dan teknologi tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Dr Lukman Hakim mengatakan, masalah umum yang dihadapi negara ini adalah tidak ada interaksi antara aktor yang terlibat dalam sistem Iptek dengan sektor produksi nasional.

Apa yang dilakukan para peneliti tidak teraplikasikan di dunia industri dan apa yang dikerjakan dunia industri tidak menggunakan hasil riset dalam negeri karena hanya mengimpor teknologi dari luar, di sisi lain regulasi pemerintah kurang mendukung keterkaitan ketiganya, katanya.

Hal ini menyebabkan sektor produksi nasional menjadi kurang berkembang dan semakin tergantung pada bahan-bahan dan teknologi impor, ujarnya.

Dia menjelaskan, pengalaman negara lain membuktikan bangsa yang memiliki dan menguasai Iptek menjadi bangsa kuat, disegani serta dihormati bangsa lain walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.

"Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Korea dan Singapura cenderung memperkuat kemampuannya dalam bidang Iptek dengan mengombinasikan kebijakan Iptek dengan kebijakan industri secara efektif," ungkapnya. (D009)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011