Jakarta (ANTARA News)- Sebuah perusahaan dari Swiss, Nesttle SA berencana akan melakukan investasi di Indonesia senilai 200 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk mendirikan pabrik kakao karena diprediksi pasarnya dalam beberapa tahun ke depan sangat besar.

Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), Zulhefi Sikumbang, kepada pers di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa rencana Nesttle untuk investasi di dalam negeri harus mendapat dukungan dari pemerintah, karena akan membuka lapangan kerja baru.

Apabila investor lainnya juga ingin investasi seperti yang dilakukan Nesttle, maka pasar kakao di dalam negeri akan tumbuh besar, katanya.

Menurut dia, pasar kakao di Indonesia akan tumbuh signifikan dengan masuknya sejumlah investor asing ke industri tersebut, selain pasar yang besar juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

"Kami optimis industri kakao akan kembali berkembang, karena sejumlah produsen kakao di dalam negeri cenderung mati suri," ucapnya.

Ia menambahkan, Nesttle sebelumnya mendirikan pabrik kakao di Malaysia, namun pasarnya dinila kecil, sehingga sulit berkembang, karena itu berusaha untuk melebarkan sayapnya dengan masuk ke pasar Indonesia.

Produk kakao dari Malaysia pada umumnya diekspor ke Indonesia seperti Milo (susu bubuk coklat). Pasar kakao Indonesia yang besar itu menarik Nesttle untuk melakukan ekspansi usaha di Asia khususnya di Indonesia, karena jumlah penduduknya yang besar.

Meski saat ini produksi kakao Indonesia merosot hampir 50 persen, akibatnya banyak petani kakao yang mengalihkan kegiatannya ke karet dan kelapa sawit.

Kalau menanam kakao banyak menemui kesulitan karena banyak penyakit, apalagi saat ini iklim tak menentu, dibanding menanam karet, jagung dan kelapa sawit, tuturnya.

Karena itu, para petani harus mendapat penyuluhan dan pemerintah juga harus giat melakukan promosi agar investor asing lebih aktif melakukan ekspansi di pasar domestik.

Konsumsi kakao di dalam negeri sekitar 200.000 ton per tahun, namun kapasitas yang ada baru 170.000 ton, sehingga sisanya diperoleh dari impor.
(T.H-CS/S004)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011