Denpasar (ANTARA News) - Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Ketut Suastika, menyakini empat pilar berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika mampu membendung nilai-nilai luhur bangsa yang mulai terkikis.

Ia mengatakan, pengamalan empat pilar berbangsa dan bernegara mulai menurun dan terkikis karena arus globalisasi yang masuk ke Indonesia tanpa terbendung.

"Diharapkan empat pilar berbangsa dan bernegara, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dapat membendung nilai-nilai yang terkikis tersebut," kata Suastika saat menyampaikan sambutan saat pembukaan Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara melalui Wayang Kulit di Lapangan Puputan, Badung, Denpasar, Bali, Jumat malam.

Sosialisasi melalui wayang kulit, kata Suastika, merupakan penguatan terhadap akar budaya bangsa.

"Tepat sekali dilakukan dengan wayang kulit ini karena untuk  kokohan keyakinan, dan media wayang sangat efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pemerintah dan tentunya akan berdampak positif bagi masyarakat, semakin memperkokoh komitmen masyarakat Bali untuk menjaga empat pillar berbangsa dan bernegara," ungkap Suastika.

Untuk Provinsi Bali sendiri, kata Suastika, Pemerintah Daerah memiliki program yang sasar masyarakat. Misalnya, kata dia,   gubernur  melakukan open house untuk  mengetahui apa saja yang dihadapi masyarakat dan memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi.

"Juga turun ke desa, bertemu dengan pemuka adat yang bertujuan memperkuat empat pilar berbangsa dan bernegara. Sebagai bukti, di Bali tidak ada gesekan antar umat beragama dan maksimalkan forum lintas agama," kata Suastika.

Sementara itu, Ki Dalang I Wayan Nardayana atau lebih dikenal Cenk Blonk, mengatakan, wayang kulit yang yang menampilkan tokoh Anggada Duta menceritakan tentang kejujuran, persatuan dan kesatuan dan membela kebenaran.

"Kali ini saya akan menyampaikan pesan-pesan yang terdapat dalam empat pilar berbangsa dan bernegara, misalnya bagaimana mempertahankan kemerdekaan, menjaga persatuan dan kesatuan, saling bertoleransi antar sesama masyarakat, tidak mau diadudomba," kata Cenk-Blonk.

Menurut dia, Pancasila merupakan idologi bangsa yang sudah ada sejak dulu, sebagai fondasi bangsa dan alat pemersatu bangsa Indonesia.

"Ibarat tumbuhan, Pancasila adalah tumbuhan asli Indonesia, tumbuh subur di tanah air Indonesia dan buahnyapun sangat pas bagi masyarakat Indonesia. Kalau tumbuhan lain ditanam di Indonesia, tidak akan tumbuh subur dan rasanyapun tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia," ungkap Cenk-Blonk.

Shinta diculik dan rama bersedih hati, krn dapatkan shinta perjuangannya berat. Sama dengan Indo raih kemerdekaan.

Dalam cerita wayang kulit yang menampilkan tokoh Anggada Duta itu diceritakan bagaimana usaha dari Raja Alengka, Prabu Dasamuka mengadudomba antara Anggada Duta dengan suami Shinta, Ramawijaya (Rama) saat Anggada Duta diutus menjemput Shinta yang diculik oleh Prabu Dasamuka.

Karena termakan hasutan dari Dasamuka, yang menyebutkan bahwa yang membunuh ayah Anggada Duta adalah Ramawijaya, Anggada Duta pulang dan menyerang Ramawijaya, Tapi untunglah, Gunawan Wibisana dan Anoman, kera putih menyadarkan Anggada Duta bahwa dirinya telah diadudomba oleh Dasamuka.

Akhirnya, Anggada Duta kembali ke kerajaan Alengka dan menyerang Dasamuka yang akhirnya dimenangkan Anggada Duta dan membawa kembali istri Ramawijaya, Shinta.

"Negara kita negara kesatuan, maka harus dijaga dengan baikn jangan sampai mau diadudomba yang akhirnya bisa memecah belah bangsa ini," ungkap Cenk-Blonk. (Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011