Los Angeles (ANTARA) - Sejumlah pakar memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) dapat kembali mengalami lonjakan kasus COVID-19 dalam beberapa pekan mendatang saat subvarian baru Omicron terus menyebar di seluruh penjuru AS.

Jumlah kasus varian yang sangat mudah menular itu, yang dikenal dengan nama BA.2, naik dua kali lipat setiap pekan, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.

Hingga pekan yang berakhir pada 12 Maret, BA.2 mencakup 23,1 persen dari seluruh kasus COVID-19 di negara itu, setelah mencakup satu persen dari total kasus baru pada pekan hingga 5 Februari serta 7,1 persen pada pekan hingga 26 Februari, menurut data CDC.

Meski varian Omicron sendiri masih mencakup mayoritas kasus COVID-19 di negara itu, tingkat prevalensinya turun ke angka 66,1 persen pada pekan yang berakhir pada 12 Maret.

Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di negara itu, mengatakan dirinya memperkirakan akan ada "lonjakan kasus" akibat BA.2, tetapi bukan lonjakan masif seperti yang disebabkan varian-varian lainnya.

Fauci pada Minggu (20/3) mengatakan kepada ABC bahwa galur baru tersebut sekitar 50 sampai 60 persen lebih mudah menular dibandingkan galur Omicron yang pertama.

Dia menambahkan bahwa galur itu berpotensi mengambil alih posisi sebagai galur dominan di AS.
 
Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Serikat (AS), memberikan kesaksian dalam sidang Senat di Washington DC, AS, pada 26 Mei 2021. ANTARA/Xinhua/Pool/Stefani Reynolds


Namun demikian, dia mengatakan bahwa galur tersebut tampaknya tidak memicu penyakit yang lebih parah ataupun kebal terhadap respons imun dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.

Ahli Bedah Umum AS Vivek Murthy juga mengatakan bahwa varian tersebut dapat memicu lonjakan kasus baru. Namun, Murthy menambahkan bahwa AS saat ini berada di posisi yang lebih baik daripada dua tahun sebelumnya.

Beberapa negara Eropa, seperti Finlandia, Prancis, Jerman, Belanda, dan Inggris, melaporkan lonjakan kasus COVID-19 selama beberapa pekan terakhir.

Para pejabat kesehatan terus menekankan bahwa vaksin COVID-19 beserta dosis penguat (booster) masih menjadi pilihan terbaik untuk mencegah penyakit serius akibat virus itu.

Menurut data CDC, sebesar 76,7 persen dari total populasi AS telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, dan 65,3 persen telah menyelesaikan rangkaian utama vaksinasi per 16 Maret.

Namun, hanya separuh dari populasi yang memenuhi syarat untuk menerima dosis booster telah menerimanya.  

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022