Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009, Muhammad Jusuf Kalla, menilai bahwa praktik korupsi yang terus terjadi di Indonesia karena belum ada kemauan yang kuat dari semua pihak untuk memberantasnya.

"Kemauan yang kuat itu artinya apa yang dikatakan ya harus dilaksanakan," kata Kalla usai menghadiri pidato kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa.

Ia menegaskan, jika semua pihak memiliki kemauan yang kuat dan bersungguh-sungguh melakukan pemberantasan korupsi, maka negara Indonesia sudah terbebas dari korupsi.

Kemauan untuk memberantas korupsi itu, menurut Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut, bukan hanya dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi dari semua pihak, termasuk DPR RI, pemerintah, dan masyarakat.

Menanggapi pidato Presiden Yudhoyono yang juga mengulas soal pemberantasan korupsi, Kalla mengatakan, Presiden hanya menjelaskan apa yang telah terjadi, seperti soal tenaga kerja Indonesia, pembangunan, korupsi, dan sebagainya.

"Itu yang dijelaskan Presiden," katanya.

Terkait komentar bahwa pidato Presiden itu lebih kepada menjual mimpi, menurut  Kalla, sebagai negara maju Indonesia memang harus bermimpi dulu atau memiliki cita-cita.

Namun kemudian, kata dia, cita-cita itu harus dilaksanakan. "Tapi, kalau mimpi itu tidak dilaksanakan, itu salah," katanya.

Kalla juga menegaskan, Indonesia bukan negara gagal. Bahwa kemamjuan Indonesia tidak berjalan cepat, menurut dia, realitasnya memang seperti itu, tetapi bukan berarti menjadi negara gagal.

Pidato kenegaraan itu dihadiri pula Presiden RI periode 1998-1999, BJ Habibie, Wakil Presiden RI periode 1993-1998, Try Sutrisno, Wakil Presiden RI periode 2001-2004, Hamzah Haz, serta mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2004-2009, Ginanjar Kartasasmita.
(T.R024/B013)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011