Kuala Lumpur (ANTARA News) - Satu keluarga Indonesia yang terdiri dari suami istri dan seorang anak balita melakukan perjalanan keliling dunia menjelajah 164 negara yang dimulai sejak 18 Juli 2011 dan saat ini tiba di Kuala Lumpur, Malaysia.

"Kami berencana mengunjungi 164 negara dalam waktu sembilan tahun dan diharapkan pada 2020 sampai di Australia dan kemudian kembali ke Tanah Air," kata Hafizh Mancayo Tulus (31), kepala keluarga pengembara itu ketika ditemui di Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Kamis.

Menurut dia, perjalanan ini dimulai dari Jakarta, Singapura, Thailand, Kamboja, Laos, Makao, Hong Kong, Jepang serta ke sejumlah negara lainnya.

Disebutkannya, bahwa dia dan keluarganya juga akan melintasi Rusia menuju Mongolia, Tibet dan Nepal.

"Kami lewat Rusia karena untuk mencapai Nepal tidak bisa melalui Myanmar, jadi kami harus berputar agar bisa mencapainya," kata dia dengan menambahkan di negara tersebut juga akan melakukan pendakian ke pegunungan Everest.

Untuk mencapai tujuan berkeliling dunia itu, kata dia, sudah menghubungi kerabatnya yang tersebar di mancanegara dan sekarang ini sudah 200 negara siap menerima kedatangannya.

"Kami punya komunitas "backpacker" yang tersebar di seluruh dunia. Biasanya kami saling mengunjungi bila sedang berada di negara yang dituju," ungkap pria yang dikenal dengan panggilan "Chayo" ini.

Pada saat di Indonesia, menurutnya, setiap minggu dia juga dikunjungi oleh para "backpacker" dari banyak negara guna menjalin tali silahturahmi.

Pria yang pernah menjadi lokal staf di KBRI Bangladesh ini mengaku perjalanan ini berat tapi dia berupaya bisa terpenuhi karena dirinya percaya kalau dengan niat yang kuat dan baik, tentunya semua itu dapat dicapai.

Semasa bujangan dulu, dia sudah melanglang buana ke 30 negara, baik sekedar berpetualang maupun bekerja di mana negara yang dia singgahi tersebut.

Tujuan perjalanan ini, katanya, untuk hidup dia dan keluarga terutama untuk lebih mengetahui bahwa di dunia ini masih banyak orang-orang yang baik sebab kalau melihat dari media massa ataupun televisi sepertinya masyarakat dunia ini banyak yang tidak baik.

"Dengan bertemu banyak orang dan bersentuhan langsung dengan masyarakat sampai di pelosok daerah tentu banyak berita positif yang akan kami temui. Nilai-nilai positif seperti itu akan kami sampaikan juga kepada masyarakat luas nantinya," kata pria asal Bukittinggi, Sumatera Barat, yang menetap di Bandung, Jawa Barat.

Sementara itu, bagi Isa Setiawati (31), perjalanan jauh menemani suaminya ini merupakan tantangan yang tidak sederhana apalagi juga mengajak anaknya Shakiya Hudliya Chambee yang baru berusia 21 bulan.

"Tentu perjalanan ini menjadi tantangan yang tidak sederhana, tapi saya percaya dengan kemampuan suami sehingga kami bisa melalui semua ini dengan baik dan lancar," katanya.


Manfaatkan IT

Dalam perjalanan panjang ini mereka telah mempersiapkan diri mulai dari sarana komunikasi berupa laptop, telepon selular, modem, peralatan untuk memasak hingga kemah untuk berteduh.

"Kami membawa perlengkapan yang beratnya sekitar 60 kilogram agar siap dalam empat musim yang kami lalui," ungkapnya.

Khusus untuk laptop adalah untuk bisa menyampaikan ataupun menerima pesan dari dan kepada kolega yang akan dikunjungi, termasuk untuk membeli tiket, mencari hotel, ataupun untuk mencatatkan kejadian selama dalam perjalanan.

"Selain itu, kami juga mempergunakan sarana perbankan untuk bertransaksi. Saya gunakan kartu ATM dari perbankan nasional yang bisa diterima secara internasional," kata dia.

Dalam perjalanan nanti, juga direncanakan untuk bisa sampai di Mekkah dan Madinah untuk menjalankan ibadah haji.

"Insya Allah, tahun 2013 kami bisa sampai di Mekkah dan Madinah untuk naik haji dan bertemu dengan keluarga yang berangkat dari Tanah Air," ungkap pria yang merasa sudah kecanduan untuk melakukan petualangan seperti sekarang ini.(*)

(T.N004/M026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011