Tidak ada yang bisa melawan, karena itu kita akan bermitra dengan China. Bio Farma akan ke China untuk melihat prospek kerjasama pada September mendatang
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan semua pihak yang bergerak di bidang kesehatan harus berbenah guna menghadapi serbuan vaksin murah produksi China yang akan dikeluarkan pada tiga sampai empat tahun ke depan.

"Mulai tahun ini Indonesia berbenah, Bio Farma berbenah begitu juga dengan industri vaksin dan obat-obatan kita. Kita harapkan teman-teman peneliti sudah mulai terbuka bahwa tanpa dukungan mereka kita tidak akan berhasil," kata Direktur Utama PT Bio Farma, Iskandar pada simposium Riset Vaksin Nasional di Jakarta, Selasa.

Iskandar mengatakan, vaksin murah akan menjadi kenyataan dalam tiga atau empat tahun lagi sampai China prakualifikasi di WHO dan dengan bebas produksi vaksinnya masuk ke pasar global.

"Ini semakin menyadarkan kita bahwa kita tidak mungkin bisa bersaing secara global jika kita tidak menyatukan semua kekuatan yang ada dan sangat tergantung pada orang lain," katanya.

Dikatakannya, menghadapi produksi vaksin murah China merupakan sebuah tantangan dan peluang bagi Indonesia yang masih punya waktu 3-4 tahun untuk berbenah.

"Tidak ada yang bisa melawan, karena itu kita akan bermitra dengan China. Bio Farma akan ke China untuk melihat prospek kerjasama pada September mendatang," tambahnya.

Karena itu diselenggarakannya simposium dengan tema "Harmonisasi Riset Dalam Menyongsong Dekade Vaksin 2011-2020 di Indonesia" menurut Iskandar merupakan langkah awal untuk menyatukan persepsi semua pihak.

Dikatakannya, selama lima tahun ke belakang terus diupayakan menyamakan persepsi karena sampai kapan pun tidak akan bisa menghasilkan produk yang membutuhkan waktu minimal 12 tahun untuk riset vaksin jika tercerai-berai, untuk itu digandeng semua pihak baik pemerintah, industri dan dunia pendidikan.

Pada simposium tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU untuk riset vaksin antara Bio Farma dengan Universitas Brawijaya dan Universitas Jenderal Achmad Yani.
(D016)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011