Jakarta (ANTARA News) - Jajaran Kepolisian Republik Indonesia (Polri) terus menyelidik kasus meledaknya bom di Pondok Pesantren Umar bin Khattab di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Senin (11/7).

"Kami masih menunggu hasil penyelidikan awal yang sudah dilakukan. Sementara satu orang sudah ditetapkan sebagai tersangka, kita ikuti saja perkembangannya," kata Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo usai mengikuti upacara penutupan latihan Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Bersenjata Singapura (Singapore Armed Forces/SAF) dalam penanggulangan bencana alam dan pemberian bantuan kemanusiaan "ASEAN Humanitarian Assistance Disaster Relief Exercise" 2011 di Markas Komando Divisi Infanteri-1/Kostrad, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Kamis.

Mengenai jenis bom yang digunakan, ia pun belum bisa berbicara banyak karena dirinya masih menunggu hasil olah TKP, dan penyelidikan oleh Polda Nusa Tenggara Barat.

Timur Pradopo mengatakan kasus meledaknya bom itu diduga terkait dengan penyerangan terhadap petugas kepolisian, yang terjadi tak lama sebelum meledaknya bom di pesantren tersebut.

"Hal itu terkait dengan kasus polisi yang jadi korban itu di salah satu polsek, saya kira bagian dari pada itu," katanya.

Polri juga mengejar pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Umar bin Khattab yang diduga melarikan diri pasca ledakan bom menewaskan satu orang pengajarnya, Firdaus.

"Sekarang tim melanjutkan pencarian ke arah yang kemungkinan dia lari," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Ketut Untung Yoga di Jakarta, Kamis.

Brigjen Ketut Untung Yoga mengatakan awalnya polisi mencari pimpinan Ponpes Umar bin Khattab guna berkoordinasi terkait kronologis peristiwa ledakan bom.

Namun petugas tidak menemukan pimpinan Ponpes Umar bin Khattab di lokasi yang berhubungan dengan kegiatan pesantren tersebut.

Untung tidak menyebutkan identitas pimpinan Ponpes Umar bin Khattab maupun lokasi yang diduga tempat pelariannya.

Untung menuturkan rumah pimpinan Ponpes Umar bin Khattab sempat terbakar, Kamis (14/7) sekitar pukul 05.00 Wita, namun warga sekitar berhasil memadamkan sumber pada pukul 10.00 Wita.

Berdasarkan penyisiran dan olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan barang bukti berupa sembilan bom molotov, beberapa senjata tajam, puluhan ketapel dan anak panah, buku tentang jihad dan cakram padat atau "video compact disc" (VCD) tentang deklarasi Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) di Bekasi, Jawa Barat.

Kemudian polisi menemukan bekas ledakan pada lantai keramik pecah (creater), serta peralatan/bahan membuat bom, seperti solder, avometer, belerang dan pipa.

Saat ini, penyidik masih menginterogasi tujuh orang yang diduga mengetahui peristiwa peledakan bom.

Sebelumnya, ledakan bom terjadi di Ponpes Umar bin Khatab di Desa Sila, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, NTB, Senin (11/7) sekitar pukul 15.30 Wita, menewaskan pengajar santri maupun bendahara ponpes tersebut, Firdaus.

Sejumlah warga masyarakat setempat dan penghuni Ponpes Umar bin Khattab melarang polisi memasuki lokasi kejadian.

Akhirnya, polisi melakukan tindakan represif untuk masuk ke lokasi kejadian dan menyelidiki peristiwa ledakan tersebut.

(S037/A011)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011