Banyak yang khawatir jika isolasi tidak diawasi tenaga medis bisa berakibat fatal.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris meminta tempat isolasi terpusat di DKI Jakarta bisa dilipatgandakan untuk mengantisipasi kenaikan angka keterisian tempat tidur rumah sakit.

Charles Honoris, di Jakarta, Kamis, mengatakan angka keterisian tempat tidur rumah sakit atau bed occupancy rate (BOR) yang sudah mencapai 45 persen akibat varian Omicron di DKI Jakarta harus segera disikapi dengan memperbanyak tempat isolasi terpusat.

"Hal ini penting agar BOR faskes di ibu kota tetap terkendali, sehingga faskes tetap bisa melakukan pelayanan kesehatan yang optimal, dan tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat," kata dia.

Menurut data terbaru yang dirinya dapatkan, pasien COVID-19 dirawat di RS wilayah DKI Jakarta mayoritas bergejala sedang (51 persen) dan ringan (38 persen). Selebihnya, pasien tidak bergejala/asimptomatis (7 persen), berat (3 persen), dan kritis (1 persen).

Dia mengatakan masih dominannya BOR faskes di Jakarta oleh pasien gejala sedang dan ringan bisa dipahami, mengingat banyak warga ibu kota yang tidak punya tempat isolasi mandiri di rumahnya.

"Dan juga banyak yang khawatir jika isolasi tidak diawasi tenaga medis bisa berakibat fatal," kata dia.

Oleh karena itu, isolasi terpusat di Jakarta penting diperbanyak untuk menampung pasien gejala sedang dan ringan yang tidak punya tempat isolasi mandiri, dan yang khawatir mengalami perburukan. Sebab, pasien di tempat isolasi terpusat akan dipantau secara intensif oleh tenaga medis.

"Dengan isolasi terpusat bagi pasien gejala sedang dan ringan, tempat tidur di faskes tetap tersedia bagi pasien gejala berat dan kritis," ujarnya lagi.

Menurutnya melipatgandakan tempat isolasi terpusat tersebut mendesak dilakukan dalam waktu dekat, mengingat kenaikan angka penularan Omicron sekarang baru fase awal.

"Jika berkaca pada kasus di Amerika Serikat yang mengalami kenaikan penularan varian Omicron tiga kali lipat daripada Delta, kasus harian di Indonesia bisa mencapai ratusan ribu, dan DKI Jakarta bisa tembus puluhan ribu kasus harian," katanya.

Charles menyebutkan jika BOR tidak dikendalikan sejak awal dengan melipatgandakan tempat isolasi terpusat, dikhawatirkan layanan kesehatan faskes bisa saja kolaps ketika Omicron mencapai puncaknya.

Sekarang, kata dia lagi, belum terlambat untuk melipatgandakan tempat isolasi terpusat, sambil mempersiapkan segala skenario menghadapi puncak penularan Omicron.

"Skenario yang matang tentu akan membuat masyarakat tenang, tidak mudah panik, agar kita sama-sama bisa melewati badai Omicron yang diprediksi banyak ahli sebagai fase transisi pandemi menuju endemi COVID-19," ujarnya pula.
Baca juga: DKI sebut vaksin, isolasi, prokes untuk antisipasi Omicron di sekolah
Baca juga: 700 bilik isolasi disiapkan BPBD untuk pengungsi banjir Jakarta


Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022