Washington (ANTARA News) - Planet es jauh yang belum pernah dijelajahi sebelumnya, Pluto, akan menjadi target peluncuran pesawat penyelidik antariksa yang direncanakan NASA, Selasa, dalam misi ambisius untuk menyelidiki kawasan terjauh dari tata surya. Jika segala sesuatu berjalan dengan mulus dalam hitung mundur, roket kuat badan antariksa AS itu, Atlas 5, akan meluncurkan pesawat antariksa seukuran piano besar New Horizons yang dipasangi peralatan ilmiah dengan kecepatan yang belum pernah dicapai sebelumnya pada perjalanan selama 10 tahun ke Pluto pada Selasa petang (Rabu pagi WIB). Terbang pada kecepatan 75.000 kilometer per jam, pesawat itu juga akan mengeksplorasi bulan besar Pluto, Charon, dan meneruskan perjalanannnya menjauhi Matahari, menghabiskan masa lima tahun berikut menyelidiki benda-benda dari batuan dan es di Sabuk Kuiper. Para ilmuwan berharap perjalanan ambisius itu akan memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai tata surya kita, sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman lebih baik tentang asa-usul Bumi dan planet-planet lainnya pada 4,5 miliar tahun silam. "Pluto berbeda dengan planet batuan lingkar dalam ...Benda langit itu berbeda dengan planet-planet gas lingkar luar tata surya. Dan planet seperti itu menyimpan banyak petunjuk mengenai bagaimana tata surya terbentuk," kata Andy Dantzler, Direktur Divisi Tata Surya pada Badan Antariksa dan Aeronautika AS (NASA), sebagaimana dilaporkan AFP. Waktu peluncuran dipilih untuk memanfaatkan kesejajaran yang tepat waktunya yang menempatkan planet kecil tersebut, dengan orbit unik selama 248 tahun atas Matahari, dalam posisi yang akan memungkinkan NASA menggunakan daya gravitasi Jupiter untuk melontarkan keluar pesawat antariksa pada kecepatan yang dipercepat. Ketika pesawat antariksa mendekati Pluto, pesawat akan berada pada jarak 4,9 miliar kilometer dari Bumi. Ke Jupiter dulu Setelah peluncuran itu, pesawat antariksa New Horizons akan terbang menuju Jupiter dengan kecepatan 58.000 kilometer per jam. Saat New Horizons melintas dekat Jupiter pada 2007, tarikan gravitasi planet itu yang kuat akan memberikan dorongan seperti lontaran ketapel kepada pesawat antariksa, dengan meningkatkan kecepatannya menjadi 75.000 kilometer per jam, sehingga membantu mempersingkat perjalanan selama 30 bulan ke Pluto. Pesawat kemudian akan menuju planet kecil Pluto, dengan melakukan terbang lintas sejauh 10.000 kilometer antara Juli 2015 dan Juli 2017. Pluto, yang identitas tradisionalnya sebagai planet kesembilan dari tata surya kini diperdebatkan, akan diteliti komposisi atmosfir dan geologinya dan interaksinya dengan angin surya. Sebuah monitor debu pada pesawat New Horizons akan menganalisa partikel antar-bintang dan eksperimen radio akan mengetes karakteristik lainnya dari planet tersebut. Para ilmuwan berharap kombinasi Pluto dan Charon, dan jutaan debu antar-bintang di Sabuk Kuiper dan kawasan luarnya, akan mengungkapkan beberapa rahasia pembentukan alam semesta. Ilmuwan utama misi, Alan Stern, dari Southwest Research Institute Dapartemen Pengkajian Antariksa, membandingkan peluang itu dengan "penggalian arkeologi" besar lapisan tertua tata surya. (*)

Copyright © ANTARA 2006