Jakarta (ANTARA) - Gedung Putih pada Selasa (4/1) meminta perusahaan untuk bergabung dengan pemerintah Amerika Serikat dalam melawan dugaan pelanggaran hak asasi manusia Beijing di Xinjiang, setelah pembuat mobil listrik Tesla Inc telah membuka showroom di wilayah China itu.

"Saya tidak dapat berbicara dengan situasi spesifik dari satu perusahaan, tetapi sebagai masalah umum, kami percaya sektor swasta harus menentang pelanggaran hak asasi manusia dan genosida RRT di Xinjiang," Sekretaris Pers Jen Psaki mengatakan pada konferensi pers, dikutip Kyodo, Rabu.

Pernyataan itu datang ketika pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha untuk meminta pertanggungjawaban China atas apa yang dianggap sebagai penindasan terhadap minoritas Muslim Uyghur di wilayah Xinjiang barat jauh, termasuk penahanan yang tidak adil dan kerja paksa.

Baca juga: Tesla "recall" setengah juta Modle 3 dan Modle S karena masalah bagasi

Pemerintahan Biden telah memutuskan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing bulan depan sebagai protes atas pelanggaran hak asasi manusia China.

Presiden juga menandatangani undang-undang pada bulan Desember sebuah undang-undang yang secara efektif melarang semua impor dari Xinjiang karena kekhawatiran atas penggunaan kerja paksa di sana.

“Masyarakat internasional, termasuk sektor publik dan swasta, tidak dapat berpaling dari apa yang terjadi di Xinjiang,” kata Psaki, seraya memperingatkan bahwa perusahaan yang gagal menangani kerja paksa dalam rantai pasokan menghadapi masalah hukum, reputasi, dan risiko pelanggan yang serius di seluruh dunia.

Menurut The Wall Street Journal, Tesla mengatakan bahwa pihaknya memulai operasi di showroom baru di Urumqi, ibu kota Xinjiang, dalam sebuah posting hari Jumat di akun resminya di platform media sosial China, Weibo.

Langkah itu memicu kritik dari para pembela hak asasi manusia, dengan organisasi kebebasan sipil Muslim besar di Amerika Serikat menuntut agar CEO Tesla Elon Musk menutup showroom dan "menghentikan dukungan ekonomi untuk genosida."

"Tidak ada perusahaan Amerika yang boleh melakukan bisnis di wilayah yang menjadi titik fokus kampanye genosida yang menargetkan minoritas agama dan etnis," kata juru bicara Dewan Hubungan Amerika-Islam Ibrahim Hooper dalam siaran pers.

Baca juga: Tesla catat rekor pengiriman mobil tertinggi

Baca juga: Harga Tesla Model 3 dan Model Y di China naik

Baca juga: Tesla Model 3 disebut jadi mobil listrik terlaris di Eropa pada 2021
Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022