Nusa Dua (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Luar Negeri Teuku Faizasyah menyatakan Gerakan Non Blok masih tetap relevan dalam situasi dunia saat ini.

"Sebagai sebuah gerakan, forum ini masih sangat relevan," katanya ketika ditemui saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja di Nusa Dua, Bali, Selasa malam.

Faizasyah menegaskan, tanda bahwa Gerakan Non Blok (GNB) masih relevan adalah jumlah negara anggota yang terus bertambah.

"Jumlah keanggotaan gerakan ini meningkat meski perang dingin sudah berakhir," katanya.

Selain itu, relevansi GNB juga bisa dilihat dari semangat para pejabat negara anggota dalam menghadiri Konferensi Tingkat Menteri (KTM) di Bali.

Menurut Faizasyah, 120 negara anggota GNB menyatakan dukungan terhadap pelaksanaan KTM di Bali. Sebanyak 75 menteri dari negara anggota tersebut menyatakan akan hadir.

Faizasyah menjelaskan, GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhkan. GNB bisa menjadi poros yang mempunyai kekuatan dalam PBB untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang.

Presiden berada di Nusa Dua untuk menghadiri sekaligus membuka KTM ke-16 GNB, Rabu (25/5).

KTM ke-16 GNB diawali dengan pertemuan pejabat senior (Senior Officials Meeting/SOM) yang berlangsung tertutup, dilanjutkan dengan rapat komite untuk membahas masalah politik, ekonomi, dan sosial.

Pelaksanaan KTM ke-16 ini memiliki keistimewaan karena bertepatan dengan 50 tahun berdirinya GNB. Tema yang diangkat dalam KTM kali ini adalah "Shared Vision on the Contribution of NAM for the Next 50 Years".

KTM GNB mengundang partisipasi menteri luar negeri dari negara anggota dan dua negara anggota baru yakni Fiji dan Azerbaijan. Selain itu juga turut hadir negara pengamat, negara tamu, organisasi tamu dan organisasi pengamat.

KTM ke-16 akan menghasilkan dokumen akhir yang merupakan pemutakhiran terhadap hasil KTT GNB di Sharm El Sheik, Mesir, serta deklarasi mengenai Palestina. Selain itu juga akan dihasilkan "Bali Commemorative Declaration". (*)
(F008/S024)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011