Nganjuk (ANTARA News) - Kepala Polres Nganjuk AKBP Anton Sasono mengatakan ada unsur kelalaian dari petugas piket terkait kaburnya empat tahanan di Markas Polsek Prambon, Nganjuk, Jawa Timur pada Minggu (1/5) sore.

"Kalau kelalaian pasti ada, tetapi sampai sebatas mana, ya kami masih dalami," katanya ketika ditemui di Mapolres Nganjuk, Senin.

Ia mengatakan, pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap enam anggotanya yang terdiri dari petugas piket, termasuk Kepala Polsek Prambon AKP Mariyono.

Pihaknya juga berencana memeriksa satu-satunya tahanan yang tidak ikut kabur, yakni Syamsul Bahri.

Untuk saat ini, pihaknya belum bisa memberikan sanksi tegas terkait dengan lengahnya petugas hingga menyebabkan para tahanan kabur. Sanksi baru diberikan, setelah bagian Provost usai melakukan pemeriksaan.

Selain memeriksa para polisi yang bertugas saat itu, Kapolres juga mengatakan sudah menerjunkan lima tim untuk mencari para tahanan yang kabur dan diperkirakan sudah lari ke luar Nganjuk.

"Kami sudah sebar petugas ke beberapa lokasi yang dimungkinkan akan dikunjungi para tahanan ini. Kami berharap, secepatnya masalah ini segera usai," katanya.

Empat tahanan yang kabur dari Mapolsek Prambon adalah Agus Supriyanto warga Dusun Jimbir, Desa Sugihwaras, Kecamatan Prambon (terlibat kasus penganiayaan); dan Unus dari Nagarasaka, Kecamatan Jabung, Lampung Timur.

Selain itu; Mulyono dari Desa Palaman, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang; dan Siswanto dari Banaran, Tembelang, Kabupaten Jombang (ketiganya terlibat pencurian).

Keempat tahanan itu lari ke arah belakang markas, berupa areal persawahan. Satu-satunya

tahanan yang tidak kabur adalah Syamsul Bahri dari Desa Pelem, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Ia terlibat dalam kasus penadahan.

Ironisnya, saat kejadian kaburnya tahanan, petugas yang berjaga tidak mengetahui, dengan dalih cuaca sedang turun hujan. Mereka baru tahu, jika empat tahanan kabur, setelah melakukan cek penjara.

Kaburnya para tahanan itu ternyata sudah direncanakan sejak tiga hari lalu. Mereka melubangi tembok tahanan menggunakan obeng dan sendok makan, lalu dijebol. Besar diameter lubang itu sekitar 50 centimeter. Saat ini, lubang tembok itu sudah ditutup kembali menggunakan batu bata dan semen.

(ANTARA/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011