Pamekasan (ANTARA News) - Aktivis perempuan mengusulkan pembentukan komisi perempuan pada Kongres Kebudayaan Madura yang rencananya akan digelar dalam waktu dekat ini.

"Keberadaan komisi perempuan ini sebagai upaya untuk menampung aspirasi kaum perempuan," kata salah seorang aktivis perempuan Madura, Nanik Farida, Jumat.

Pada Kongres Kebudayaan yang pertama di Sumenep 2007 lalu, kata Nanik Farida, panitia Kongres tidak membentuk komisi perempuan, sehingga aspirasi kaum perempuan di kancah budaya Madura tidak tertampung.

Padahal, sambung dia, ketika berbicara budaya, tentu tidak terlepas dari peran kaum perempuan. Sehingga, jika aspirasi kaum perempuan, itu sama halnya menanggalkan sebagian budaya yang ada.

Nanik yang juga mantan aktivis Korps HMI-Wati (Kohati) cabang Malang ini lebih lanjut menilai, konstruksi sosial dan budaya di Madura tentang kaum perempuan masih perlu diperbaiki.

"Dan ini tentu perlu menjadi perhatian semua pihak, bukan kaum perempuan saja, akan tetapi juga laki-laki," katanya menjelaskan.

Kongres II Kebudayaan Madura ini rencananya akan digelar di Kabupaten Pamekasan pada Juli 2011.

Kongres Kebudayaan Madura yang pertama sebelumnya digelar di Kabupaten Sumenep selama tiga hari, yakni pada tanggal 9 hingga 11 Maret 2007.

Ada 39 poin rekomendasi yang dihasilkan pada Kongres Kebudayaan ketika itu. Salah satunya merekomendasikan menggelar Kongres Bahasa Madura yang pelaksanaannya di Kabupaten Pamekasan.

Rekomendasi lainnya adalah kesepakatan untuk tetap mempertahankan budaya lokal Madura sebagai upaya budaya tanding akan masuknya budaya asing ke Pulau Madura, pascaoperasional Jembatan Suramadu.

Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan sejumlah seniman dan budayawan Madura terkait rencana pelaksanaan Kongres II Kebudayaan Madura yang rencananya akan digelar Juli 2011 ini.

Salah satunya ialah seminar Pra-Kongres Kebudayaan yang digelar di Kabupaten Pamekasan pada Senin (11/4) lalu.(*)
(T.KR-ZIZ/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011