Jakarta (ANTARA News) - Membaca novel "SuperLeader; Gerbang Rahasia" seperti didekatkan pada potongan-potongan kisah dalam epik populer "Lord of the Rings", "Narnia", "Harry Potter" atau "Terminator", dicampur cerita-cerita silat dan dongeng-dongeng mengenai pendekar sakti dalam cerita-cerita rakyat negeri ini.

Novel petualangan terbitan Point Camp, Cimahi, ini cukup menghibur dan amat mudah dimengerti. Ia menawarkan tema baru kepada khasanah sastra populer kita, tetapi sebenarnya tak asing untuk dunia di luar Indonesia sana.

Nyaris tak ada kernyitan di dahi selagi membaca novel karya Ahmad Abdul Mujib tersebut.  Membuktikan kesederhanaan bahasanya membuat siapapun dapat memahami novel ini, cukup dengan sekali baca.

Alur dan gaya bertuturnya mirip gaya 'bertutur mudah' seperti ditemui pada novel-novel populer Barat semisal yang ditulis Dan Brown atau J.R.R Tolkien.

Sementara isi dan pesannya menyangkut keimanan, ilmu, logika, dan soal sihir yang tidak dibawa jauh sampai ke mistik dan klenik.

Pada prinsipnya novel ini bercerita tentang upaya manusia dalam menjaga kualitas keimanan dan melawan tipu daya kekuatan keburukan dari sihir setan.

Novelis terkenal pengarang "Ronggeng Dukuh Paruk", Ahmad Tohari, menyebut novel ini "karya berkelas, merentang iman." Kenyataannya, buku ini memang berkisah soal kekuatan ruh Tuhan melawan nafsu setan.

Agak mirip dengan cerita-cerita pewayangan yang berkembang di Tanah Air, dialog-dialog antarkokoh kerap diselingi seloroh dan canda yang kadang iseng belaka, tidak memuat pesan apapun kecuali kelucuan itu sendiri. Itu bak seloroh para punakawan saat mendampingi para ksatria Amarta dalam kisah pewayangan.

Lain dari itu, Abdul Mujib menawarkan aspek baru dalam novel kita, yaitu permainan waktu seperti umum ditemui pada kisah-kisah fiksi Barat kontemporer.  Katakanlah dalam "Terminator" atau "Back to the Future."

Di novel ini, Mujib ingin melukiskan waktu dulu, kini dan mendatang itu bertautan, dan secara telanjang digambarkan tak berbatas, dapat dijejaki.

Novel ini memesankan petuah penting bahwa tidak ada sesuatu yang tak bisa dipikirkan di dunia, semua mungkin terjadi, semua serba mungkin dilakukan, asal tekad dan keimanan turut serta di dalam itu semua.

Tiga generasi

Namanya kisah petualangan dan epos, kejagoanan tokoh dalam epik ini memang begitu sempurna, mungkin melebihi Superman. "Badai Adiluhung" yang menjadi tokoh sentral dalam novel ini begitu sakti mandraguna dan pandai bersiasat, tetapi tahan dari godaan, padahal usianya teramat muda.

Semua kekuatan kebaikan ada pada Badai, seolah dia bukan manusia. Dan sang penulis sudah terlebih dulu membelanya dengan mempredikati Badai sebagai keturunan manusia setengah malaikat.

Sayang, tak ada telusur runut mengenai hubungan kesilsilahan Badai dengan dua tokoh utama lainnya di novel ini, yaitu Si Rambut Merah Berdagu Belah dan Qutbh yang hidup lebih dulu bergenerasi-generasi sebelum Badai.

Abdul Mujid hanya menyatakan ketiga manusia dari tiga genersi berbeda ini adalah keturunan langsung manusia setengah malaikat.

Abdul Mujib agaknya memang tak mementingkan kerincian penjejakan asal usul tokoh, karena pesan dari ceritalah yang dipentingkan.

Si jagoan dalam novel ini selalu menang dan selalu lebih baik, sementara kekuatan jahat tak digambarkan semenakutkan dibayangkan karena kekuatan ini ternyata begitu mudah diperdaya oleh tipu daya sendiri, sehingga begitu mudahnya Badai masuk menyamar ke kelompok pemuja sihir itu, lalu menghancurkannya dari dalam.

Jangan terlalu serius mengupas novel ini, karena sepertinya memang diunjukkan untuk lebih menghibur pembacanya. Misi utama lainnya adalah menyampaikan pesan-pesan kebaikan yang patut ditanamkan kepada manusia, utamanya anak-anak.

Pesan-pesan itu adalah selalu berpikir, ikhlas, rela berkorab, apa adanya, mensyukuri kebesaran dan nikmat ilahi, serta bagaimana menanamkan sikap kepemimpinan.

Kisahnya dimulai dari sepasang malaikat, Harut dan Marut, yang bermunajat kepada yang Sang Pencipta untuk menyelami rasa menjadi manusia, makhluk yang disebut Tuhan sebagai cimpataannya yang sempurna.  

Turunnya Harut dan Marut ke dunia, ibarat kisah turunnya Adam turun ke dunia seperti disebut dalam kitab-kitab suci agama Samawi. Sementara Iblis sendiri telah lebih dulu sampai di dunia, mendahului dua malaikat yang kemudian menjadi manusia super itu.

Setan dan kekuatan keburukan datang menguasai Bumi melalui Zalanbur Si Putera Iblis.

Zalanbur berambisi mencipta kerajaan sihir, bersama  murid kesayangannya, Amador, untuk selamanya mempedaya manusia dan menjauh dari iman.

Harut dan Marut lalu masuk dalam pertarungan hebat antara upaya manusia melepaskan diri dari cengkeraman iblis dan sihir, melawan nafsu iblis untuk memperbudak manusia.

Peperangan diantara mereka tak berakhir di satu generasi, sebaliknya berlanjut dan melibatkan tiga generasi berbeda yang hidup di zaman berbeda.  Ketiganya adalah keturunan langsung Harut dan Marut.

Mereka  adalah Si Rambut Merah Berdagu Belah, Quthb, dan tentu saja Badai Adiluhung.  Mereka ada dan hidup di masa berbeda, namun menyatu di satu masa masa, bermisi sama, yaitu menghancurkan persekutan sihir di masa-masa awalnya, bagai cerita John Connor dalam Terminator.

Alur cerita novel ini begitu Indonesia, namun rangkaiannya bukanlah khas Indonesia.  Cukup liar, cukup menghibur, dan mudah dicerna.  Jika Anda merasa anak-anak Anda membutuhkan cerita-cerita petualangan yang menawarkan fondasi nilai baik, novel ini menjadi salah satu jawaban untuk itu. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011