Banda Aceh (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid menyatakan, perlu adanya sebuah kearifan sejarah yang harus diberikan untuk mengisahkan perjalanan Sjafruddin Prawiranegara pemimpin Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam mempertahankan bangsa dan negara.

"Sudah saatnya semua pihak untuk berbicara lugas bahwa Sjafruddin merupakan pahlawan yang harus dikisahkan dalam perjuangan negara Republik Indonesia yang sempat mengalami masa genting saat Presiden dan Wakil Presiden ditahan serdadu Belanda dalam agresi militer," kata Farhan di Banda Aceh, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu dalam seminar nasional satu abad Sjafruddin Prawiranegara (1911-2011) di AAC Dayan Dawood, Banda Aceh dan turut hadir Ketua panitia satu Abad Sjafruddin Prawinegara, AM Fatwa beserta keluarga pemimpin PDRI itu.

Dikatakannya, Sjafruddin yang memotori PDRI mengambil alih dan menjalankan kembali roda Pemerintahan Indonesia di Bukit Tinggi, Sumatera Barat sesuai dengan mandat yang diberikan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta pada 19 Desember 1948.

Sjafruddin juga merupakan sosok yang sejak muda memiliki kedekatan dengan Aceh dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah agresi Belanda.

Ia mengatakan, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang tidak pernah berhasil ditaklukkan oleh Belanda, sehingga memposisikan Aceh menjadi daerah yang berbeda dari kawasan lainnya dalam memberikan bantuan yang tak ternilai dan kesetiaanya untuk mempertahankan Republik saat itu.

"Sjafruddin merupakan wakil perdana menteri yang menetapkan Aceh menjadi provinsi yang sebelumnya tergabung dalam Provinsi Sumatera kala itu," katanya.

Karena itu, ia mengharapkan para pelaku sejarah dapat memberikan berbagai fakta-fakta sejarah, sehingga dapat terpetik makna lebih menyeluruh dari potongan-potongan sejarah Indonesia.

"Sejarah yang ditulis akan menjadi warisan bagi generasi mendatang sebagai pemetik kearifan sejarah bangsa Indonesia," demikian Farhan.(*)

(T.KR-IFL*BDA1/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011