Direktur Eksekutif IMI Y Paonganan di Jakarta, Sabtu menjelaskan bagaimana rawannya jembatan tersebut.
"Pembangunan jembatan Selat Sunda sangat rentan dan bisa jadi penghamburan anggaran walaupun itu dana investor apalagi kalau sifatnya pinjaman atau Loan (utang)," katanya.
Doktor bidang Kelautan lulusan IPB ini menilai, rentanya jembatan tersebut, karena adanya anak Gunung Krakatau yang sewaktu-waktu bisa meletus, yang tentunya akan menimbulkan gempa dan menimbulakn gelombang tsunami, ini tidak bisa diprediksi.
Selain itu, katanya, dengan adanya jalur gempa diselatan Pulau Jawa dan sepanjang pesisir barat Sumatera akan sangat riskan terhadap jembatan tersebut.
Belum lagi dengan adanya pembangunan jembatan tersebut, akan membangun tanggul penyangga jembatan yang tentunya akan mengubah pola arus laut yang akan berimplikasi terhadap perubahan komposisi oseanografi dan ekosistem laut yang bisa berubah tatanan kehidupan di dalam laut.
Paonganan yang akrab disapa "Ongen" itu menegaskan, IMI menolak pembangunan jembatan Selat Sunda yang berjarak sekita 31 km dengan biaya tinggi, karena riskan baik dari sisi kerentanan terhadap gempa maupun dari sisi ekologis perairan laut jawa.
IMI juga mendesak pemerintah untuk mempertimbangakn dangan cermat sebelum melakukan hal tersebut, dan jika pemerintah tetap "ngotot" harus mampu meyakinkan rakyat Indonesia baik secara ilmiah dan teknis khususnya kaitannya dengan kerentanan gempa dan ekologi perairan. Sebagai negara maritim yang dikelilingi oleh cincin api, harusnya pemerintah tahu betul dampak yang akan ditimbulkan.
"Jangan menganggap sepele, kita harus belajar dari gempa dan tsunami di Jepang, dengan teknologi yg sangat tinggipun, gempa dan tsunami tidak peduli, bahkan teknologi tinggi sekelas PLTN saja dibuat rata dengan tanah," demikian Y Paonganan.(*)
(R009/K004)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
Musibah PLTN Fukushima, justru merupakan bukti terbaik, kalau ledakan PLTN tidak sengeri ledakan BOM ATOM seperti praduga yang berkembang di masyarakat kita.
PLTN Fukushima saja yang dibangun dengan teknologi lama, dampaknya bisa terkontrol, apalagi bila membangun PLTN dengan teknologi terbaru.
Jembatan Kobe juga berada di jalur gempa, dan jembatanya telah teruji dan kokoh menahan gempa pada gempa dasyat KOBE, bisa dilihat didokumenter yang pernah tanyang juga di TV1 atau ANTV.
Bila faktor geologis selalu jadi alasan halangan untuk membangun, maka Negeri ini tidak akan bisa maju, dan harus belajar banyak dari JEPANG dan CHINA.
mohon ma,af dan terima kasih.
dimana mana juga tau, kalau jalan lancar.. perekonomian juga cepat maju, kemiskinan di lampung juga perlu perhatian om IMI..
hukum alam, mati hidup itu urusan TUHAN yg di pikirkan anda itu bukan malapetakanya...tapi kerugian dan manfaatnya yg perlu di liat.
walaupun tak bangun jembatan klw waktunya hancur bumi ini hancur aja...jadi apa ruginya klw kita mencoba membangun JSS. klw mau liat jepang silahkan udah pasti beda jauh tertinggal.
INGAT MANUSIA HANYA BISA BERUSAHA BUKAN PESIMIS.