Jakarta (ANTARA) - Raksasa mobil Jepang Honda menurunkan perkiraan laba tahun ini pada Jumat (5/11) waktu setempat karena kekurangan chip dan masalah rantai pasokan yang melanda produsen mobil di seluruh dunia.

Pengumuman itu datang ketika perusahaan mencatat penurunan laba bersih pada kuartal Juli-September, meskipun laba bersih semester pertama didukung oleh hasil yang lebih kuat yang terlihat dalam tiga bulan sebelumnya.

“Lingkungan bisnis eksternal akan tetap menantang selama tahun fiskal ini terutama karena pandemi COVID-19, kekurangan pasokan suku cadang tertentu termasuk semikonduktor dan peningkatan biaya bahan baku,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari The Japan Times, Minggu.

Baca juga: Penjualan mobil Eropa anjlok 25 persen karena krisis chip

Honda menurunkan perkiraan laba bersih menjadi 555 miliar yen atau sekitar Rp70 triliun dari perkiraan sebelumnya 670 miliar yen (Rp84,5 triliun).

Laba bersih turun 31 persen year-on-year (YoY) di kuartal kedua. Tetapi pendapatan semester pertama jauh lebih baik dengan kenaikan laba bersih sebesar 143 persen dari periode enam bulan yang sama tahun lalu atau mencapai 389,2 miliar yen (Rp49triliun). Laba operasional di semester pertama juga naik 161 persen menjadi 442,1 miliar yen (Rp55,8 triliun).

“Ini terutama disebabkan oleh efek positif dari peningkatan penjualan unit, upaya pengurangan biaya, dan efek mata uang yang menguntungkan,” kata Honda.

Selain menurunkan perkiraan laba bersih, produsen mobil itu juga memangkas proyeksi laba operasionalnya menjadi 660 miliar yen (Rp83 triliun) dari perkiraan sebelumnya sebesar 780 miliar yen (Rp98 triliun).

Baca juga: Penjualan Volvo turun 30 persen pada September karena krisis chip

Sementara perkiraan penjualan saat ini terlihat di angka 14,60 triliun yen (Rp1,8 kuadriliun), turun dari perkiraan sebelumnya 15,45 triliun yen (Rp1,9 kuadriliun).

Banyak pembuat mobil terpaksa memperlambat atau menghentikan sementara produksi karena kekurangan chip.

Pekan lalu General Motors dan Ford melaporkan laba yang lebih rendah karena krisis semikonduktor. Kedua raksasa otomotif AS itu memperingatkan bahwa krisis kemungkinan akan berlanjut hingga 2022.

Volkswagen juga melaporkan penurunan laba pada kuartal ketiga karena kekurangan chip sehingga membuat pabrikan otomotif Jerman itu tidak dapat memenuhi permintaan untuk kendaraannya.

Baca juga: VW prediksi krisis "chip" akan berlanjut hingga tahun depan

Baca juga: Melihat lebih dekat Honda Civic RS

Baca juga: Harga belum diumumkan, Honda BR-V sudah dipesan 1.600 unit
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021