Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR RI Ramadhan Pohan mengecam keras pemberitaan negatif dua koran Australia, The Age dan Sydney Morning Herald tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Pemberitaan kedua media Australia itu bisa merusak hubungan baik Indonesia dan Australia," kata Ramadhan Pohan di Jakarta, Minggu.

Ramadhan mengatakan, sudah sering media di negeri Kanguru itu memberitakan hal-hal yang negatif tentang persoalan domestik Indonesia.

"Bukan satu atau dua kali saja media di sana memberitakan hal-hal negatif tentang persoalan dalam negeri kita. Tapi untuk kasus yang satu ini, saya pikir kita tidak bisa dibiarkan begitu saja," kata Ramadhan.

Pernyataan Ramadhan itu terlontar menanggapi pemberitaan yang dimuat di media The Age dan Sydney Morning Herald, dua koran terkemuda Australia yang tebrit di Melbourne dan Sydney.

Kedua harian itu melaporkan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan penyalahgunaan kekuasaan.

Menurut Ramadhan, apa yang diberitakan oleh kedua harian tersebut mengejar sensasional dan cenderung tendensius.

"Pemberitaan kedua harian itu hanya mengejar sensasional dan cenderung tendensius. Selain untuk mencari dan menebar sensasi belaka, berita tersebut bertendensi untuk melunturkan kredibilitas pemerintahan dan menurunkan reputasi negara kita," kata Ramadhan.

Wakil Sekjen Partai Demokrat itu mengatakan, pemberitaan kedua media itu bisa merusak hubungan baik Indonesia dan Australia.

"Saat ini hubungan negara kita dengan Australia dalam kondisi yang sangat baik. Saya khawatir hal itu akan memperburuk hubungan kita dengan Australia, apalagi saat berita itu diterbitkan ketika Wapres kita sedang berada di sana. Ada apa ini?," ungkap Ramadhan.

Terlepas dari berbagai motivasi pemberitaan itu, Ramadhan meminta media di Australia lebih cermat dan elegan dalam memberitakan persoalan domestik di Indonesia untuk menjaga hubungan baik dan kredibilitas media di sana.

"Baik media di sini maupun di Australia perlu menjaga hubungan baik kedua negara melalui pemberitaanya. Media di Australia juga perlu menjaga kredibilitasnya, jangan sampai pemberitaanya berdasarkan informasi mentah dan tidak mematuhi kaidah jurnalistik yang benar. Media di sana harus punya sensitifitas juga, dong, mestinya, sehingga gak main tulis berita asal-asalan, " kata Ramadhan.

Ramadhan Pohan yg pernah 20 tahun jadi wartawan ini tak habis pikir, dua koran ternama Australia tadi asal muat berita yg serampangan.

"Judulnya dibuat seolah-olah SBY sudah salah gunakan kekuasaan: `Yudhoyono Abused Power, gitu. Fitnah sefitnahnya itu bahwa SBY gunakan kekuasaannya untuk mengintervensi hukum untuk selamatkan Taufik Kiemas. Apalagi, Bu Ani ditulis keji begitu," katanya.


Integritas

Menurut Ramadhan, Ibu Ani didikan ayahnya, almarhun Sarwo Edhie yang reputasi dan integritasnya dikenal bersih.

"Tak ada klarifikasi atau check ke Pak SBY dan Bu Ani atau pemerintah RI sebelum berita sumber dan konten sampah dimuat di dua koran tadi. Saya ngga ngerti integritas dua media Australia itu, kok main asal muat saja, kayak koran kuning pinggir jalan. Kayak pamflet picisan," kata Ramadhan.

Ramadhan Pohan mendesak kedua harian tersebut meminta maaf.

"Saya mengapresiasi kedua media itu yang memuat hak jawab pemerintah kita. Tapi saya pikir itu belum cukup, keduanya mesti meminta maaf, baik kepada pemerintah maupun masyarakat kita. Soalnya, kerusakan sudah terjadi. Jadi, minta maaf sajalah. Dengan begitu, tidak ada lagi pihak yang tersakiti oleh berita tersebut," kata Ramadhan.(*)

(T.S023/R007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011