Jakarta (ANTARA) - Lahir di tengah perkembangan teknologi yang pesat membuat para digital native, Generasi Z (Gen Z), dianggap memiliki ketergantungan dengan internet dan teknologi serta menjadikan Gen Z terlihat lebih menyukai hal instan dan tidak suka bekerja keras.

Anggapan tersebut tidak berlaku bagi Faiz Daffa Fathullah, pemuda 19 tahun Founder & CEO dari Antarestar Adventure (Antarestar), toko daring perlengkapan luar ruang dan olahraga Buah pikiran dan semangat juang Faiz dalam membangun Antarestar sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda Indonesia sejak diikrarkan 93 tahun yang lalu.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda, momen generasi muda tingkatkan kecerdasan karakter

Dikutip dari keterangan resmi Lazada, Jumat, Faiz memulai perjalanan bisnisnya sejak SMA dan merupakan otak serta penggerak pertumbuhan bisnis Antarestar yang dibangun di tahun 2017.

Pandemi memang sempat menggoyahkan upaya Faiz, namun Antarestar terbukti berhasil mengatasi tantangan tersebut bahkan terus bertumbuh karena berbagai inovasi yang dilakukan Faiz dan tim di Antarestar. Keberadaan platform e-commerce juga mendorong bisnis Antarestar terus bersinar, sesuai dengan nama Antarestar yang terinspirasi dari salah satu nama bintang paling terang di angkasa.

“Saya memang suka berjualan sejak SMA dan berawal hanya dari keinginan memenuhi kebutuhan teman-teman saja. Toko pertama saya juga menjual banyak variasi barang yang saat itu sedang tren dan dicari banyak orang. Istilahnya, palugada, apa loe minta, gue ada, “ ujar Faiz sambil tersenyum.

“Tapi setelah saya bertemu satu konveksi yang menawarkan produksi perlengkapan kemping dan petualangan, saya pun memutuskan untuk fokus pada produksi dan menjual perlengkapan luar ruang ini, mulai dari baju, tas hingga ke tenda, sleeping bag, dan perlengkapan pendukung lainnya.”

Dukungan penuh dari kedua orangtuanya membuat Faiz makin percaya diri dalam merintis bisnis. Awalnya ia hanya memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Namun karena setiap pesanan harus diproses manual, lama kelamaan ia menjadi kewalahan.

Baca juga: BNPT serukan generasi muda berani suarakan antiradikalisme

Di tahun 2018, seorang teman memperkenalkan Lazada, platform e-commerce yang ketika itu memelopori fitur cash-on-delivery (COD – bayar di tempat). Menurut Faiz, dengan kebanyakan target pasarnya belum memiliki rekening bank, fitur COD akan membantu memperluas jaringan pasar Antarestar.

“Selain COD yang membantu memperluas pasar, yang menarik adalah program pelatihan penjual yang sangat lengkap, yang menyediakan mulai dari topik dasar bagaimana membuat tampilan toko online yang menarik, hingga materi bagaimana membaca dan mengolah data menjadi sebuah kesempatan bisnis baru."

Saat pandemi melanda, seperti hampir seluruh bisnis di dunia, Antarestar cukup kewalahan menghadapi situasi ini. Ditambah dengan ditutupnya banyak tempat wisata luar ruang sehingga mengurangi pesanan yang masuk.

Faiz mengatakan, “Saat itu yang terpikirkan oleh kami adalah bagaimana caranya bisa bertahan dan tidak merumahkan karyawan yang di awal tahun 2020 sudah mencapai 25 orang. Saya rajin memantau media sosial untuk mengetahui apa saja sih yang lagi nge-tren."

Platform e-commerce memang menawarkan banyak hal untuk pebisnis lokal, mulai dari dari ekspansi jangkauan konsumen dari seluruh Indonesia, kemudahan logistik, berbagai kampanye dan promosi yang rutin dilakukan serta program pelatihan untuk penjual di platform tersebut. Namun, seluruh hal tersebut harus disandingkan dengan upaya kerja keras dan kerja cerdas dari pelaku usaha itu sendiri demi bisa menangkap berbagai peluang yang ada di pasaran, seperti yang dilakukan Faiz. Ia selalu berpikir bagaimana cara mengembangkan bisnisnya.

Baca juga: Puan: Generasi muda jangan berhenti bicara kebhinekaan-persatuan

Bersama timnya yang saat ini berjumlah sekitar 50 orang dan rata-rata berusia 20 tahunan, Faiz rutin berdiskusi mulai dari soal konten media sosial untuk promosi Antarestar hingga ke inovasi produk yang ingin dijajaki demi bisa bersaing dengan pasar.

“Media sosial dan teknologi memang sangat membantu dalam strategi pemasaran Antarestar. Kami bahkan memiliki tim content creator dan social media yang bertanggung jawab membuat dan mengunggah konten, serta menjaga interaksi dengan pelanggan kami," kata Faiz.

Menurut Faiz, mengedepankan inovasi menjadi kunci untuk bisa berkompetisi. Itulah mengapa dia dan tim selalu belajar dan memanfaatkan semua fitur di platform e-comerce secara optimal.

"Bagi Antarestar, platform e-commerce terbukti mampu mendukung transformasi digital sepenuhnya serta membantu membuka banyak peluang baru selama kita mau berusaha. Jadi, siapa bilang Gen Z cuma bisa rebahan sambil main media sosial?” tutup Faiz sambil tertawa.

SVP, Seller Operations di Lazada Indonesia, Haikal Bekti Anggoro, mengatakan fokus mereka adalah memberdayakan penjual daring yang serius mengembangkan bisnisnya.

"Kami punya banyak tool untuk promosi, akses ke pasar di seluruh Indonesia serta berbagai data dan insights yang real-time yang bisa digunakan penjual untuk menyusun strategi bisnis. Tapi tentu dibutuhkan upaya dan kerja keras dari para penjual itu sendiri untuk mempelajari semua fitur dan tools yang ada di sini agar bisnisnya bisa bertumbuh."

DIa memuji Antarastar yang disebut termasuk penjual yang sangat serius mengembangkan bisnis dan selalu aktif mengikuti kegiatan pengembangan bisnis.

"Kami sangat bangga bisa menjadi bagian dari pertumbuhan Antarestar.”

Baca juga: 10 ribu generasi muda ambil bagian dalam Global Youth Conference 2021

Baca juga: Siberkreasi: Generasi muda perlu panduan literasi keamanan digital

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021