Seperti diberitakan Daily Mail, para ahli dari Which? pada hari Kamis menyampaikan laporan bahwa jumlah gas rumah kaca atau karbon dioksida yang dihasilkan untuk memasok tenaga kendaraan listrik, bisa-bisa sama dengan gas rumah kaca dari kendaraan bermesin BBM.
Bedanya, kalau emisi mobil biasa dikeluarkan lewat knalpot, maka emisi mobil listrik dihasilkan oleh instalasi pembangkit listrik yang memasok listrik.
Temuan itu muncul seiring diumumkannya kendaraan listrik pertama yang standard lulus uji tabrakan Eropa. Kendaraan itu adalah Mitsubishi i-MiEV super-mini. i-MiEV meraih 4 bintang dari maksimal 5 bintang.
Kalau ditimbang-timbang, karbon dioksida yang dihasilkan untuk mengisi mobil listrik, "tak beda jauh" dengan emisi yang dikeluarkan kendaraan diesel yang paling efisien, kata para ahli Which?.
"Pabrikan mobil listrik mengatakan produk mereka "emisinya nol" tapi mereka mengabaikan fakta bahwa pemilik akan menggunakan suplai listrik konvensional yang menghasilkan karbon karena menggunakan bahan bakar fosil." tulis Which?.
Which? membuat perbandingan; Smart Fortwo versi listrik menghasilkan 84 gram CO2 tiap kilometernya sedangkan Smart Fortwo diesel menghasilkan 103 gram. Yang pertama harganya 21.000 pound dan yang disebut belakangan harganya 9.540 pound.
Nissan Leaf listrik seharga 23.990 pound menghasilkan 81gram/km sedangkan karbon yang dihasilkan Volkswagen Golf 1.6 TDi Bluemotion diesel (16.830 pound) sebanyak 108 gram.
Mitsubishi i-MiEV listrik dengan harga 24.045 pound menghasilkan 68g/km sedangkan kendaraan sejenis, Suzuki Splash 1,3 diesel seharga 10.410 pound, menghasilkan CO2 sebanyak 131g/km.
Meski demikian, mobil listrik masih lebih "hijau" karena tak mengeluarkan racun kimia yang menurunkan kualitas udara. "ini sangat berarti untuk perkotaan, dan memang sasaran kendaraan listrik adalah perkotaan," tulis Which?.
(A038/A038/BRT)
Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011