Jakarta (ANTARA News) - Indonesia kehilangan seorang tokoh jalan tol, Sjarifuddin Alambai, yang meninggal dunia pada hari Selasa (15/2) karena sakit, kata seorang kerabatnya di Jakarta, Rabu.

Pria kelahiran Palembang 3 Juni 1942 itu dikenal sebagai sosok pekerja keras hal ini diakui rekan-rekannya ketika bekerja di Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum maupun saat dipercaya menjabat sebagai Direktur utama PT Jasa Marga.

Rumah kediamannya di jalan Radio Dalam VII No.17 Kebayoran Baru Jakarta Selatan selama ini menjadi saksi kiprah Sjarifuddin dalam mengawal pembangunan jalan Tol Cipularang hingga beroperasi dan dinikmati sampai saat ini.

Bunga-bunga ucapan duka cita terus mengalir serta diletakkan berderet di sepanjang jalan menunju kediaman almarhum, begitu juga sejumlah pejabat tinggi negara dan Menteri PU Djoko Kirmanto masih terlihat mengunjungi kediaman almarhum.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak mengenal sosok Sjarifuddin Alambai saat masih aktif berkarir di Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1982-1994.

"Beliau merupakan sosok pekerja keras, Bisa dilihat saat menjabat direktur di bidang peralatan, bina teknik, dan bina program. Dia tidak pernah lelah memunculkan berbagai ide baru kepada Dirjen yang menjadi atasannya," ujar dia.

Hermanto mengatakan, setelah di Departemen Pekerjaan Umum, almarhum menjabat sebagai Direktur Utama PT Virama Karya salah satu BUMN dibidang konsultasi, sebelum meniti karir sebagai Direktur Utama di PT Jasa Marga Mei 2001 sampai dengan Maret 2006.

"Kalau saya melihat sosok almarhum, sangat profesional dibidang yang ditempatinya mungkin pengalaman yang dia dapat selama menjabat sebagai direktur di Departemen Umum," kata Hermanto.

Hermanto mengatakan, Alambai mampu mengubah dirinya menjadi seorang profesional saat menjadi Direktur Utama PT Jasa Marga dari semula seorang birokrat.

Hermanto mengatakan, salah satu prestasi yang dicapai almarhum adalah keterlibatannya dalam membangun jalan tol Cikampek - Purwakarta - Padalarang (Cipularang) sehingga membuat kota Bandung tumbuh pesat.

Ketika Presiden Megawati saat itu meminta kemungkinan menyelesaikan pembangunan jalan tol Cipularang tahap II sepanjang 41 kilometer dalam kurun waktu satu tahun, Syarifuddin Alambai ketika itu langsung menyanggupi.

Komitmen Alambai sangat terlihat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, siang malam dia berada di proyek tersebut agar semua personel menyelesaikan pembangunan proyek tersebut.

Salah satu terobosan yang dilakukan Alambai kemudian diikuti investor jalan tol lainnya, dengan membagi jalan tol ke dalam enam paket pekerjaan yang dibawahi satu orang kontraktor melalui pola Contrac Pre Full Finance (CPF).

Dengan cara itu masing-masing kontraktor langsung mendapatkan pendanaan bank untuk menyelesaikan paket pekerjaan, sejumlah bank ikut terlibat dalam pembangunan proyek senilai Rp1,6 triliun tersebut.

Sementara itu Wakil Ketua Komisi V DPR-RI Yoseph Umar Hadi mengatakan, Alambai orang yang sangat berdedikasi dan memiliki kemampuan untuk memenuhi tantangan meskipun hal itu akan sulit dilakukan bagi orang biasa.

Yoseph mengatakan, Alambai sangat banyak memberikan masukan kepada undang-undang jalan yang berlaku sampai saat ini, meskipun salah satu usulannya mengembalikan fungsi regulator yang semula melekat pada Jasa Marga kepada pemerintah.

"Langkah ini ternyata berhasil dengan munculnya investor swasta di bidang jalan tol yang semula jumlahnya sangat terbatas," ujar dia.

Yoseph mengatakan dirinya merasa kehilangan dengan penjabat yang memiliki dedikasinya yang sangat tinggi seperti Syarifuddin Alambai.

Syarifuddin Alambai lulus pendidikan teknik di Universitas Palembang, serta menyelesaikan Magister Management dibidang teknik di Universitas Indonesia.

Almarhum meninggalkan empat orang anak yang semuanya sudah menikah, pada pukul 15.00 WIB almarhum dikebumikan di pemakaman Sandiago Hill Karawang.

(G001/S019/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011