Surabaya (ANTARA News) - Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL atau "INDOBATT" (Indonesian Battalion) menggelar simulasi BMR (Battalion Mobile Reserve) dan "Medical Evacuation" di Pos XC-3, Adshit Al Qusayr, Lebanon.

Perwira Penerangan (Papen) Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/Unifil, Kapten Pasukan Banu Kusworo, kepada ANTARA melalui surat eletronik, Minggu, melaporkan simulasi yang digelar pada Sabtu (15/1) waktu setempat itu diawali kedatangan sekelompok massa tidak dikenal.

Sekelompok massa yang membawa beberapa pucuk senjata laras panjang, pistol, dan sejenisnya itu membuat kerusuhan yang berbuntut pada penyerangan terhadap personel Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/UNIFIL (INDOBATT) di Pos XC-3.

Melihat situasi yang demikian, salah satu personel jaga melapor kepada Danki D Mekanis INDOBATT. Dengan segera Danki D mengerahkan QRT (Quick Reaction Team) ke lokasi untuk membantu perkuatan.

Setelah berada di tempat kejadian QRT Kompi D tidak mampu mengatasi kerusuhan yang berlanjut penyerangan, bahkan eskalasi semakin meningkat dan dua personel pos jaga, di antaranya ditawan massa.

Dantim QRT melaporkan peristiwa ini kepada Duty Officer (Perwira Piket Markas INDOBATT), lalu Duty Officer menindaklanjuti dengan melaporkan kepada Dansatgas dan Kasiops Satgas.

Dansatgas pun memberikan wewenang kepada Kasiops Satgas untuk segera mengatasinya sampai tuntas. Kasiops Satgas segera memerintahkan kepada seluruh personel di Coumpond 7-1 (Markas INDOBATT) untuk bersiaga.

Untuk personel yang berada di lokasi kejadian diperintahkan agar tetap bertahan dan siap menghadapi situasi buruk serta tetap melaksanakan koordinasi dengan pimpinan massa.

BMR (Battalion Mobile Reserve) yang dilengkapi dengan perlengkapan CRC (Crowded Riot Control) disiapkan dan bergerak menuju "Hot Spot" (tempat kejadian) untuk membantu perkuatan dengan menggunakan kendaraan Panhard dan Anoa.

Setibanya di "Hot Spot", BMR segera memberikan bantuan dan berusaha membebaskan dua personel pos jaga yang ditawan.

Akhirnya BMR berhasil menggagalkan perlawanan massa sehingga mereka mundur dan melarikan diri. Personel yang ditawan bisa dibebaskan, tetapi satu di antaranya mengalami luka ringan dan satu lagi mengalami luka parah mengalami patah tulang.

Dantim BMR bersama dokter lapangan melaporkan situasi terakhir serta kondisi korban kepada Kasiops melalui Duty Officer.

Selanjutnya, Kasiops melaporkannya kepada Dansatgas untuk meminta permohonan dukungan Helly kepada Sector East dalam rangka bantuan evakuasi terhadap korban.

Tim kesehatan berhasil mengevakuasi korban luka ringan menuju Hospital Level-1 dengan ambulans, sedangkan personel luka berat dievakuasi menuju Hospital Level-2 dengan menggunakan Helly.

Setelah insiden tersebut berhasil diatasi, BMR dan QRT diperintahkan kembali menuju compound 7-1, namun untuk mengantisipasi kelompok massa yang merasa kurang puas dengan kejadian tersebut, maka Kasiops Satgas tetap menyiagakan seluruh personel INDOBATT.

"Peristiwa di Pos Jaga XC-3 tersebut bukanlah sungguhan, namun hanyalah simulasi latihan yang digelar oleh INDOBATT dalam memelihara profesionalisme prajurit," katanya.

Bertindak selaku koordinator umum simulasi latihan, Kasiops Satgas Mayor Inf Hendriawan Senjaya dibantu Kasiintel Satgas Mayor Inf Budi Santosa, Pasiops Kapten Mar Eko Budi Prasetyo, Pasiplan Kapten Mar Profs Dhegratmen, dan Pasi Udara Lettu PNB Ageng Wahyudi.

Pada kesempatan itu, Komandan INDOBATT Letkol Inf. Hendy Antariksa selaku penanggung jawab simulasi latihan didampingi penasehat Wadansatgas, Letkol Marinir Harnoko, turut menyaksikan simulasi latihan.

"Simulasi latihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan Tim Kesehatan INDOBATT dalam memberikan bantuan evakuasi medis terhadap korban luka berat dengan menggunakan angkutan udara," katanya.

Sementara itu, Papen INDOBATT Kapten Pasukan Banu Kusworo mengatakan, simulasi latihan ini melibatkan 38 orang, dengan rincian 18 sebagai pelaku dan 20 personel sebagai pendukung latihan.(*)

(T.E011/M012/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011