Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berada pada urutan ke-18 dunia dalam jumlah penolakan komoditas hasil perikanan yang dilansir Rapert Alert System for Food and Feed (RASFF), sebuah lembaga di Uni Eropa yang mengurus keamanan komoditas pangan kawasan itu.

Berdasarkan data dari RASFF yang diterima di Jakarta Jumat, Indonesia berada di posisi ke-18 pada 2010 dengan 11 kasus penolakan komoditas hasil perikanan oleh Uni Eropa.

Posisi pertama ditempati Spanyol dengan jumlah penolakan 65 kasus, sedangkan posisi selanjutnya secara berturut-turut ditempati Vietnam (55 kasus), Prancis (42 kasus), Maroko dan China (masing-masing 34 kasus).

Sedangkan posisi ke-6 hingga ke-10 dalam jumlah penolakan komoditas hasil perikanan adalah India (25 kasus), Italia (24 kasus), Polandia (21 kasus), Thailand (17 kasus), dan Inggris (16 kasus).

Indonesia yang mendapatkan 11 kasus penolakan pada 2010 menunjukkan peningkatan karena pada 2008 dan 2009 jumlah penolakan komoditas hasil perikanan asal Indonesia mencapai 6 dan 9 kasus.

Kepala Pusat Sertifikasi Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Nazori Djazuli mengatakan, 11 kasus tersebut tidak semuanya karena permasalahan mutu dan keamanan, tetapi juga terdapat 1 kasus yang disebabkan karena kesalahan pelabelan dalam masalah irradiasi.

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) KKP M Syamsul Maarif mengatakan, pihaknya bertekad untuk meminimalkan jumlah penolakan komoditas hasil perikanan Indonesia yang dikirim ke Uni Eropa bahkan hingga mencapai nol atau tidak ada kasus.

Sebelumnya, laporan Refleksi 2010 KKP yang dikeluarkan pada Januari 2011 menyebutkan, Nilai ekspor perikanan hingga akhir tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,66 milar dolar AS atau meningkat 8,05 persen dibanding tahun 2009 yang sebesar 2,46 miliar dolar AS.

Meski KKP menargetkan ekspor tahun 2010 sebesar 2,9 miliar dolar, tetapi menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, tidak terealisasinya nilai ekspor sesuai target antara lain dipengaruhi oleh faktor serangan virus pada komoditas budidaya udang, perubahan cuaca, dan keluarnya ketentuan baru beberapa negara pengimpor.

Walaupun demikian, secara umum surplus perdagangan sektor perikanan tahun 2010 mengalami surplus sebesar 2,3 milar dolar AS atau meningkat 7,06 persen dibanding 2009.

(M040/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011