Jakarta (ANTARA News) - Upaya partai politik untuk mengintervensi Kongres Gerakan Pemuda Ansor ke-14 di Surabaya, 13-17 Januari 2010, mulai dirasakan, terutama terkait pemilihan calon ketua umum.

"Mesin parpol mulai mendekati para ketua cabang Ansor," kata Ketua Pengurus Wilayah GP Ansor Sumatera Selatan Koymuddin selaku juru bicara Kaukus Ansor Sumatera di Jakarta, Sabtu.

Koymuddin mengatakan para pengurus parpol berkepentingan agar para ketua cabang Ansor selaku pemilik suara dalam kongres memilih kandidat tertentu.

Kaukus Ansor Sumatera sendiri telah berkomitmen untuk mendukung kandidat nonparpol, terutama Choirul Sholeh Rasyid yang saat ini masih tercatat sebagai salah satu Ketua Pimpinan Pusat GP Ansor.

Komitmen tersebut mereka tegaskan dalam pertemuan di Jakarta pada Jumat (7/1) sampai Sabtu (8/1). Hadir dalam pertemuan itu ketua-ketua wilayah seperti Asnawi dari NAD, Fadli Yasir (Sumut), Rusli Intan (Sumbar), Koymuddin (Sumsel), Anshori (Riau), Darwis (Babel), Erwan Sulaeli (Bengkulu), Baru Rohim (Kepri), Aqil Irham (Lampung).

Hadir juga sejumlah ketua PW Ansor dari wilayah Indonesia Timur, antara lain Syaparuddin (Kaltim), Sahran Raden (Sulteng), dan Syaiful (Papua), serta beberapa fungsionaris lain dari Jatim, Jabar, Banten, dan DKI.

"Sejauh ini kami sudah mempunyai komitemen untuk untuk mencari ketua yang tidak terlibat kepentingan politik praktis," kata Ketua PW Ansor Lampung Aqil Irham.

Bursa kandidat ketua umum GP Ansor saat ini didominasi politisi Senayan yang berasal dari sejumlah parpol, meskipun mereka selama ini juga dikenal sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU), antara lain Khatibul Umam Wiranu (Partai Demokrat), A Malik Haramain dan Marwan Ja`far (PKB), Nusron Wahid (Partai Golkar), dan Saifullah Tamliha (PPP).

Banyaknya kandidat berlatar belakang parpol oleh sejumlah kalangan, antara lain mantan Ketua Umum GP Ansor KH Chalid Mawardi, dikhawatirkan akan menjadikan organisasi kepemudaan NU itu tidak independen.

"Kalau GP Ansor tidak mau diseret-seret untuk kepentingan parpol, maka kongres harus menghindari kader-kader parpol. GP Ansor harus kembali ke khittahnya yaitu menjadi bagian dari perjuangan NU dan tidak boleh berpolitik," kata Chalid di Jakarta, Kamis (6/1).

Sementara itu Choirul Sholeh menegaskan kesiapannya bersaing dengan kandidat dari parpol. Selain telah menggalang dukungan dari pengurus cabang dan wilayah, Choirul juga mengaku telah memperoleh restu dari sejumlah kiai dan ulama senior NU, bahkan diberi amanat untuk membenahi Ansor.

"Saya sudah sowan ke Kiai Idris Marzuki (Lirboyo), Kiai Khotib Umar (Jember), Kiai Umam Yahya Mahrus," katanya.

Choirul juga telah menemui Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Ketua Umum PBNU As`ad Said Ali, serta mantan Ketua Umum PP GP Ansor Chalid Mawardi dan Slamet Effendy Yusuf.

"Semua tokoh ini menyarankan perlunya dilakukan ikhtiar agar jangan sampai Ansor dikooptasi sehingga berada dalam `penjara` partai politik," katanya. (*)
(S024/A011/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011