Cilacap (ANTARA News) - Hujan deras yang mengguyur sebagian besar wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Senin (27/12) sore mengakibatkan tanggul Sungai Cibaringkeng di Desa Bantarpanjang, Kecamatan Cimanggu, jebol pada tiga titik.

Hujan deras menyebabkan tanggul sungai tidak mampu menahan air sehingga jebol sepanjang 15 meter pada dua titik dan satu titik lagi sepanjang 15 meter, Kepala Desa Bantarpanjang Slamet Riyanto di desanya, Selasa.

Jebolnya tanggul tersebut mengakibatkan sawah seluas lima hektar rusak dan tanaman itu rata-rata berusia 45 hari.

"Kerugian yang diderita petani diperkirakan mencapai Rp20 juta," katanya.

Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wilayah Majenang Sabar mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum terkait penanganan tanggul jebol tersebut.

"Saya bersama Kades Bantarpanjang baru saja berkoordinasi dengan DPU dan masyarakat terkait masalah ini," katanya.

Sementara itu hujan deras yang mengguyur Kabupaten Banjarnegara pada Senin (27/12) mengakibatkan talud sepanjang 32 meter di Desa Bedana, Kecamatan Kalibening, ambrol dan melongsorkan tebing setinggi tujuh meter dan mengancam tiga rumah di bawahnya.

Informasi yang dihimpun ANTARA menyebutkan, tiga rumah warga yang terancam, yakni rumah Suwarno (47), Sukarman, (36), dan Suwarso (41) yang berada di lingkungan RT 01 RW 03.

"Peristiwa tersebut terjadi setelah hujan deras mulai mereda sekitar pukul 18.00 WIB. Akan tetapi setengah jam kemudian, terdengar suara gemuruh di belakang rumah sehingga kami segera keluar," kata Sukarman.

Sesampainya di luar rumah, dia baru mengetahui jika talud yang dibangun tahun 2009 menggunakan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebesar Rp52.353.200 tersebut ambrol.

Selain mengancam tiga rumah, kata dia, ambrolnya talud tersebut juga mengancam jalan desa.

"Kondisi ini membuat sebagian warga khawatir terjadi longsor jika terjadi hujan lebat, pasalnya saat ini beberapa material masih menggantung akibat longsoran tersebut," katanya.

Dia mengaku heran karena dalam bangunan talud tersebut tidak terlihat adanya besi sebagai tulang beton. "Yang ada hanya besi kecil pengait talud dengan drainase yang baru dibangun pada pertengahan 2010 lalu," katanya.

Secara terpisah, fasilitator teknik PNPM Kecamatan Kalibening Ali Murtado mengatakan, ambrolnya talud tersebut bukan karena kesalahan perencanaan maupun pembangunan, melainkan murni bencana.

"Ini murni musibah, bukan karena kesalahan manusia, apalagi karena faktor bangunan yang tidak sesuai. Kami membangun sesuai rencana anggaran biaya (RAB) dan sudah diserahterimakan ke pihak desa," katanya.

Menurut dia, talud tersebut telah dibuat penguat dengan menggunakan besi pengait sepanjang tiga meter di setiap enam meter panjang talud.

Sementara mengenai kualitas material, kata dia,sebelumnya juga sudah dilakukan pengecekan oleh tim pelaksana kegiatan Desa Bedana.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010