Jambi (ANTARA) - Sebanyak 68 koleksi uang kuno dipamerkan Museum Perjuangan Rakyat Jambi pada kegiatan pameran 'Uang Dalam Perjalanan Sejarah ' yang diadakan di Museum Perjuangan Rakyat Jambi mulai 8 September sampai 14 September 2021.

Kepala Museum Siginjai, Leni Nurleni pameran uang kuno ini diadakan Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ) sebagai upaya edukasi kepada generasi muda di Jambi mengenai sejarah perjalanan uang yang beredar di Provinsi Jambi sejak zaman kerajaan, zaman penjajahan hingga zaman setelah kemerdekaan.

"Target kami dapat memperkenalkan kepada para pelajar di Jambi seperti apa alat pembayaran di zaman dahulu dan bagaimana perjalanan uang di Provinsi Jambi," kata Leni.

Baca juga: Museum Perjuangan Jambi visualisasikan sejarah melalui video

Beragam koleksi uang kuno milik Museum Perjuangan Rakyat Jambi dan Museum Siginjei diperlihatkan. Semua uang kuno yang dipamerkan ditata dalam sebuah kota kaca dan dipajang sesuai periode peredarannya.

Kepala Satker museum perjuangan rakyat Jambi, Yulhandri mengatakan, adapun koleksi uang kuno yang dipamerkan ini adalah uang kuno sejak zaman masa kerajaan, zaman kesultanan Jambi, zaman kolonial, mata uang masa Republik Indonesia, uang Republik Indonesia Daerah (Urida),coupon penukaran, mata uang Republik Indonesia Serikat, pengelolaan uang sejak 1953 hingga saat ini.

Selain koleksi fisik yang dipajang, ada juga koleksi berupa foto yang dipajang. Untuk koleksi fisik ada 68 koleksi terdiri dari uang koin, logam, dan kertas. Dari masa ke masa koleksinya lengkap dan tertata rapi.

Museum Perjuangan Rakyat Jambi juga memamerkan koleksi uang kuno Jambi mulai dari zaman kesultanan Jambi hingga "coupon" penukaran. Koleksi uang kuno Jambi menjadi bukti sejarah peredaran uang kuno Jambi.

Sekitar abad XVII diketahui bahwa kesultanan Jambi sudah membuat mata uang sendiri. Menurut Valentijn (1691) nilai tukar yang berlaku pada waktu itu adalah 1 real Spanyol sama dengan 60 cash dan 1 tael sama dengan 16 mas. Mata uang kesultanan Jambi terdiri dari seri pertama bertuliskan huruf jawa cap 'Sultan Jambi'. Menilik dari jenis aksara yang dipakai jelas menunjukkan pengaruh Jawa di Pantai Timur Sumatera hingga akhir abad XVII. Mata uang picis ini terbuat dari bahan timah dan berbentuk bundar dengan lubang yang bundar pula seperti halnya mata uang kesultanan Siak Sri Indrapura.

Kedua, mata uang pada masa kesultanan Jambi bertuliskan huruf Arab Melayu 'alamat Sultan' bentuknya masih seperti tipe pertama ada pula yang dibatasi dengan bidang segi enam. Mata uang yang bertuliskan 'S Anom Sri Ingologo' mempunyai bentuk dan corak yang sama tetapi dengan lobang segi enam. Seri selanjutnya berbentuk segi delapan tulisannya sukar dibaca. Mata uang ini dibuat pada masa pemerintahan Ahmad Zainuddin Anom Sri Ingalogo (1770-1790) nilai tukar pada waktu itu satu real Spanyol sama dengan 400 picis.

Baca juga: Pemprov Jambi bentuk tim ahli cagar budaya kawasan Candi Muaro Jambi

Selain melihat koleksi uang di zaman kesultanan Jambi, pengunjung pameran juga dapat melihat koleksi coupon penukaran yang saat itu juga digunakan di Jambi. Beberapa koleksi foto coupon penukaran juga dipajang dalam pameran ini.

"Kalau mau tahu gimana alat pembayaran di Jambi zaman Keresidenan Jambi silahkan datang ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi mumpung sedang kita pamerkan sekarang," ujarnya.


Cetak Coupon

Terkait sejarah percetakan Coupon Perjuangan tahun 1947 daerah Keresidenan Jambi juga menerbitkan uang kertas yang dikenal Coupon Penukaran yang berlaku hanya untuk wilayah Jambi saja. Uang kupon dicetak dengan mempergunakan mesin cetak "hand press" yang dibeli oleh pemerintah daerah Jambi dari percetakan SOEI Liong. Nilai uang kupon yang dicetak tersebut antara lain Rp0,5, Rp1, Rp2,5, Rp5 , dan Rp10.

Adapun bahan uang itu berasal dari kertas kopi dan tintanya dari tinta stensil. Awalnya uang ini ditandatangani sendiri oleh Residen namun karena jumlah uangnya banyak akhirnya digunakan stempel tanda tangan. Diterbitkannya uang kupon ini karena Uang Republik Indonesia Propinsi Sumatera (URIPS) dianggap memiliki nilai yang tinggi seperti pecahan Rp10 dan pecahan Rp25, sementara standar harga barang-barang kebutuhan sehari-hari di Jambi masih sangat rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

Baca juga: Museum Siginjei Jambi akan gelar lomba permainan tradisional

Saat itu semua harga barang-barang ekspor impor dan semua pembayaran wajib kepada negara diperhitungkan dengan nilai kurs dolar Singapura. Begitu juga naik turunnya harga barang menurut atau mengikuti naik turunnya harga karet dengan nilai dolar namun uang dolar tersebut tidak tampak peredarannya di pasaran.

Oleh karena itu untuk mengatasi kelancaran jual beli barang makanan terutama terhadap pedagang kecil maka DPR keresidenan Jambi mengambil inisiatif dan memberi kuasa penuh kepada pemerintahan keresidenan untuk mencetak uang kecil berupa coupon penukaran.

Selain menampilkan coupon penukaran, dikatakan Yulhandri Museum Perjuangan Rakyat Jambi juga menunjukkan koleksi foto mesin cetak Oerips dan rumah percetakan uang di Pulau Pekan Kabupaten Bungo Jambi. Saat ini untuk mesin cetak OERIPS sudah menjadi salah satu koleksi di Museum Siginjei Jambi.

Baca juga: Museum Siginjei Jambi pamerkan koleksi keramik

Dari puluhan koleksi uang kuno yang dipamerkan ini, dikatakan Yulhandri semua koleksi dikonservasi di Museum tentunya perawatan uang kuno ini sangat susah sehingga membutuhkan ahli khusus di bidangnya yang bisa melakukan konservasi.

"Uang koleksi ini tidak boleh disimpan disini lembab. Untuk perawatan uang kertas lebih susah dibandingkan perawatan uang logam," sebutnya.

Hingga saat ini Museum juga masih terus mencari berbagai koleksi uang kuno di tengah masyarakat.

Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2021