Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) memilih perusahaan migas multinasional asal AS, ExxonMobil sebagai salah satu mitra mengembangkan lapangan gas Natuna D Alpha di Kepulauan Riau.

Pertamina dan Exxon menandatangani pokok-pokok perjanjian (head of agreement/HoA) pengembangan blok yang kini berganti nama menjadi East Natuna di Jakarta, Jumat dengan disaksikan Menteri ESDM Darwin Saleh.

Darwin mengatakan, Exxon merupakan salah satu mitra terpilih dalam seleksi yang dilakukan Pertamina.

"Masih ada kemungkinan mitra Pertamina bertambah sesuai proses `short list` yang berlangsung," katanya.

Menurut dia, perubahan nama Natuna D Alpha menjadi East Natuna akan disertai kontrak baru yang lebih konstektual.

"Dulu dikenal Natuna D Alpha, sekarang East Natuna," katanya. Setelah HoA, ia menambahkan, kedua belah pihak akan membahas lebih detail termasuk sisi komersialnya.

Darwin juga mengatakan, pemerintah akan mengutamakan produksi gas Natuna buat memenuhi kebutuhan domestik dengan mempertimbangkan keekonomian.

"Ini menyangkut investasi besar dan teknologi tinggi," ujarnya.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Legowo menambahkan, perubahan nama dikarenakan kontrak Natuna D Alpha sudah berakhir.

"Sekarang, kita lihat tempatnya (di Natuna Timur)," katanya.

Vice President Asia Pacific Middle East Exxon Mobil Exploration Mike Cousins mengatakan, penandatanganan HoA merupakan tahapan menuju komersialiasi migas di natuna.

"Kami menantikan negosiasi dan kerja sama dengan Pertamina dan pemerintah untuk memaksimalkan pengembangan Natuna," katanya.

Menurut dia, pihaknya berharap dalam enam bulan ke depan, sudah ditandatangani kontrak kerja sama dengan Pertamina.

Cousins juga mengatakan, cadangan Natuna sebenarnya mencapai 200 triliun kaki kubik.

Namun, kemungkinan gas yang bisa diproduksikan hanya 45 triliun kaki kubik karena 70 persen kandungannya berupa karbon dioksida (C02).

Pemerintah secara resmi menunjuk Pertamina sebagai pengelola Blok Natuna D Alpha melalui Surat Menteri ESDM No 3588/11/MEM/2008 tertanggal 2 Juni 2008 tentang Status Gas Natuna D Alpha.

Selanjutnya, Pertamina melakukan seleksi mitra pengembangan Natuna.

Pertamina memerlukan mitra karena pengembangan Natuna memerlukan teknologi tinggi dan dana yang besar.

Kandungan gas yang diketahui 70 persennya berupa CO2 memerlukan teknologi canggih memisahkan dan menyimpan gas tersebut.

Investasi yang dibutuhkan diperkirakan cukup besar yakni 52 miliar dolar AS.

Berdasarkan kajian Wood MacKenzie Ltd, konsultan yang berbasis di Edinburgh, Skotlandia, yang ditunjuk Pertamina, ada delapan perusahaan migas multinasional yang cocok menjadi calon mitra Pertamina di Blok Natuna.

Kedelapan perusahaan itu adalah ExxonMobil Corporation, Royal Dutch Shell Plc, Total SA, Chevron Corp, StatOil, China National Petroleum Corp (CNPC), Petroliam Nasional Berhad (Petronas), dan Eni SpA.

Namun kemudian, CNPC menyatakan mundur dan selanjutnya "short list" mengerucut menjadi lima perusahaan.
(ANT/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010