Liwa, Lampung (ANTARA News) - Sebagian besar masyarakat Lampung Barat tidak berminat menjadi tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri.

"Saya tidak berminat bekerja ke luar negeri, selain berisiko, juga rentan dengan aksi kekerasan," kata masyarakat Pekon (Desa) Pampangan, Kecamatan Sekincau, Lampung Barat, May Saroh (37) sekitar 245 Km dari Bandarlampung, di Pampangan, Minggu.

Dia menjelaskan, melihat aksi kekerasan yang dilakukan tenaga kerja Indonesia yang dilakukan oleh majikan, membuat masyarakat trauma.

Menurut dia, Lampung Barat memiliki peluang pekerjaan bagi masyarakat.

"Daerah ini subur dan menyediakan begitu banyak potensi yang dapat digarap oleh masyarakat, dan karena alasan tersebutlah membuat masyarakat lebih memilih menjadi petani, dari pada menjadi pekerja di luar negeri," kata dia.

Kemudian lanjut dia, masyarakat tidak mempercayai tawaran dari PJTKI yang legalitasnya dipertanyakan.

"Memilih menjadi petani lebih menguntungkan dari pada menjadi TKI, sehingga bila ada tawaran PJTKI, pasti akan menolaknya, selain itu, kami mengkhawatirkan legalitas dari perusahaan penyalur tersebut, karena sebagian besar pencarian tenaga kerja tersebut berdasarkan calo," katanya.

Menjadi tenaga kerja indonesia (PJTKI) ke luar negeri tidak menjadi impian bagi masyarakat Lampung Barat, umumnya mereka takut dengan kejadian kekerasan yang dilakukan tenaga kerja wanita tersebut.

Di Lampung Barat sendiri, belum terdapat perusahaan yang beroperasi dalam penyaluran tenaga kerja ke luar negeri.

Beberapa tahun sebelumnya beberapa perusahaan beroperasi mencari tenaga kerja tersebut, karena minimnya minat masyarakat untuk menjadi TKI, membuat perusahaan tersebut tidak beroperasi kembali.

Pemkab Lampung Barat, terus melakukan pemantauan terhadap tenaga kerja maupun perusahaan penyalur, hingga saat ini belum ada data perusahaan penyalur tenaga kerja beroperasi di Lampung Barat.

Sementara ajakan dan himbauan untuk menghindari calo dan perusahaan fiktif dalam penyaluran tenaga kerja ke laut negeri terus digencarkan pemerintah, agar kejadian kekerasan dan perdagangan perempuan tidak akan terjadi.

Hingga saat ini Lampung Barat belum didapati perusahaan penyalur tenaga kerja luar negeri yang beroperasi, sehingga pemerintah setempat tidak memiliki data pasti terkait masyarakat yang bekerja menjadi TKI.

Sebagian besar masyarakat Lampung Barat menganggap pekerjaan di luar negeri beresiko, mereka lebih memilih mengembangkan sektor pertanian maupun perkebunan untuk dikembangkan menjadi mata pencaharian.

Daerah yang memiliki lahan yang subur ditambah dengan berlimpahnya potensi alam, dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat, sehingga ajakan menjadi tenaga kerja indonesia, tidak membuat mereka tergiur.

Sementara itu Kepala Dinas Kependudukan Catatan Sipil Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Lampung Barat Edi Yusuf, di Liwa mengatakan, pemkab terus mengawasi perusahaan PJTKI yang hendak beroperasi di Lampung Barat.

"Berkaca dari kejadian di beberapa daerah di indonesia, membuat kami terpacu meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat yang hendak menjadi tenaga kerja luar negeri, hal tersebut dilakukan guna memberikan kenyamanan bagi masyarakat," kata dia.

Dia menjelaskan, masyarakat Lampung Barat belum berminat untuk menjadi tenaga kerja indonesia.

Menurut dia, peluang pekerjaan di Lampung Barat terbuka lebar, asalkan masyarakat mau mengembangkannya.

"Dengan potensi yang dimiliki ini, tentunya dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat untuk menciptakan lahan pekerjaan, tanpa harus menjadi TKI," katanya. (ANT-049/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010