Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) telah menyiagakan satu satuan setingkat kompi (SSK) anggota Brimob untuk mewaspadai erupsi Gunung Bromo yang berada di 2.329 meter di atas permukaan laut (mdpl).

"Ada satu SSK di sana, yakni 30 anggota Brimobda di Ngadisari, 30 anggota di bawahnya lagi, dan 30 anggota lagi di Sukapura," kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Badrodin Haiti, di Surabaya, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu, setelah menyaksikan aksi "penyerangan" kelompok sipil bersenjata dalam simulasi peragaan penanganan anarki sesuai Protap Kapolri Nomor 01/X/2010 di Pos Penjagaan Mapolda Jatim di Surabaya.

Menurut Kapolda, dirinya sudah menyaksikan langsung lokasi aktivitas vulkanik Bromo yang secara fisik mulai ada penurunan.

"Gempa tremor sudah menurun dibandingkan dengan sebelumnya, tapi status masih tetap `Awas`," katanya, didampingi Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Pudji Astuti MM.

Kendati demikian, menurut dia, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah cukup siap bergerak dalam kondisi darurat.

"Saya melihat sudah ada posko, ada mekanisme pengungsian, struktur tim penyelamatan, dan alat-alat untuk evakuasi seperti truk juga sudah disiapkan masyarakat sebanyak 170 armada," paparnya.

Bahkan, katanya, pola-pola evakuasi juga sudah disiapkan untuk asumsi 6 kilometer, 3 kilometer, dan sebagainya.

"Kalau asumsi titik bencana sejauh 6 kilometer, maka berapa jumlah penduduk yang harus dievakusi dan desa mana saja serta titik evakuasi ada dimana pun sudah siap," tuturnya menjelaskan.

Ditanya tentang aktivitas masyarakat Bromo yang masih seperti biasa, ia mengatakan hal itu terkait dengan pandangan masyarakat dan aparat vulkanologi yang berbeda.

"Masyarakat memandang bahwa aktivitas Bromo masih biasa, dan mereka meyakini tidak akan menyentuh permukiman pendudukan, namun hanya sampai di lautan pasir," ujarnya menambahkan.

Sebaliknya, katanya, petugas vulkanologi memandang asap hitam yang muncul merupakan gejala yang sudah patut diwaspadai.

"Karena itu, kami masih mempersilakan masyarakat untuk beraktivis, tapi jangan sampai ke lautan pasir. Itu nggak boleh lagi," katanya menegaskan.

Berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunung Bromo di Ngadisari, Cemorolawang, Probolinggo, aktivitas gempa vulkanik meningkat sejak 8 November 2010.

Sejak 8 November 2010 mulai tercatat Tremor Vulkanik dan status kegiatan Gunung Bromo meningkat terus, sehingga akhirnya dinaikkan statusnya menjadi "Awas" (Level IV) pada 23 November 2010 pukul 16.30 WIB.
(T.E011/C004/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010