Depok (ANTARA News) - Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar buku berjudul "Berhala Obama dan Sepatu Bush" ? Mungkin anda mengira itu adalah buku yang berbicara tentang politik dan kebijakan kebijakan Amerika, namun siapa sangka buku dengan sampul bernuansa suram berlatar patung Obama Anak Menteng dan tentara Amerika itu merupakan buku kumpulan puisi.

"Buku ini merupakan antologi puisi karya Asep Sambodja," kata ketua program studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Maria Yosephine Kusumaatmanik dalam peluncuran buku itu di ruang serba guna FIB UI, Depok Jawa Barat.

Buku terbitan penerbit Ultimus itu diluncurkan atas kerjasama Departemen Sastra Indonesia FIB UI dan IKSI (Ikatan keluarga sastra Indonesia).

Asep Sambodja, kelahiran 15 September 1967 itu adalah sastrawan yang juga pengajar di fakultas ilmu budaya UI.

Kumpulan puisi karya Kang Asep, begitu ia akrab disapa, terdiri dari 85 karya puisi yang terekam melalui teks puisi mulai dari Sastra, politik, keseharian, teman, cinta, religiusitas, kemanusiaan dan sejarah. Tujuh di antara puisi-puisi itu bercerita mengenai persoalan internasional.

Hendro Kaprisma dosen program studi Rusia FIB UI yang bertindak sebagai pembicara dalam peluncuran itu mengatakan buku yang ditulis Kang Asep bisa ditafsirkan berbeda oleh pembaca dan ada kebebasan bagi pembaca untuk mengimajinasikan dan memaknainya.

"Bagi orang yang belum tahu mengenai patung Obama yang ada di SD Menteng tentu penafsirannya akan berbeda," kata Hendro.

Ia mengatakan bahwa buku itu menceritakan kegelisahan, dan Kang Asep bercerita tentang orang-orang yang kalah serta dilupakan penguasa adalah pemilik sejarah.

Sampul buku itu menampilkan makna yang suram dengan latar warna merah dan hitam.

"Saya pikir ini buku politik ternyata saya salah tafsir setelah saya baca buku ini adalah karya sastra yang luar biasa," ujar Johanes, undangan asal NTT.

Sementara itu Bimo Gelora mahasiswa filsafat FIB UI yang menjadi pembicara lainnya dalam acara itu mengatakan bahwa karya puisi yang ada dalam buku itu berbicara mulai dari pembantaian di Palestina sampai pembantaian tahun 1965. Ada pula puisi yang berbicara gosip mulai dari Luna Maya hingga Carla Bruni, dan penindasan seperti Prita Mulyasari hingga Marcella Zalianty dan gempa yang terjadi di Padang.
"Buku ini menyuarakan penindasan orang orang yang kalah atau tertindas," Tuturnya.

Asep Sambodja yang kini sedang terbaring sakit dan berada di Yogyakarta, menulis buku kumpulan puisinya dalam keadaan sakit.

Dia telah melahirkan buku kumpulan puisi berjudul "Menjelma Rahwana" tahun 1999 dan "Ballada Para Nabi" tahun 2007.
(yud/A038/BRT)

Oleh Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010