Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) menggelar pameran produk unggulan daerah tertinggal yang dikemas dalam acara Festival PDT di pusat perbelanjaan Central Park Jakarta pada 24-28 November 2011.

"Festival ini jadi bagian penting dalam upaya membangun daerah tertinggal, khususnya untuk mengenalkan berbagai produk unggulan daerah tertinggal kepada investor," kata Menteri PDT Helmy Faishal Zaini saat membuka festival tersebut di Jakarta, Rabu.

Dikatakannya, sebenarnya banyak daerah tertinggal yang memiliki potensi besar yang bisa dijadikan modal untuk maju, baik potensi kekayaan alam maupun komoditas unggulan.

"Tetapi potensi itu belum bisa dimaksimalkan karena minimnya investasi yang masuk ke daerah tertinggal," katanya.

KPDT sendiri, kata Helmy, mulai mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan di daerah tertinggal berbasis komoditas unggulan masing-masing daerah melalui instrumen Percepatan Pembangunan Pusat Pertumbuhan Daerah Tertinggal (P4DT).

"Seperti kita lihat dalam festival ini, produk-produk unggulan daerah tertinggal tidak kalah dengan produk yang sudah bermerek," kata Helmy.

Menurut Helmy, jika semua pemangku kepentingan bersinergi, termasuk sektor swasta, menggarap dengan serius produk unggulan daerah tertinggal, maka bukan tidak mungkin dalam empat tahun daerah tersebut bisa dientaskan dari ketertinggalan.

"KPDT sendiri terus berupaya memetakan potensi daerah tertinggal yang bisa dijadikan peluang untuk mendorong daerah itu terentaskan dari ketertinggalan, termasuk memetakan pula berbagai kendala yang dihadapi," katanya.

Saat ini, sebanyak 183 kabupaten di Indonesia masuk dalam kategori daerah tertinggal.

Sebenarnya, sejak kementerian itu berdiri pada 2004, sudah beberapa kabupaten yang berhasil dientaskan dari ketertinggalan, namun jumlah kabupaten tertinggal kembali bertambah seiring dengan lahirnya sejumlah kabupaten baru yang sebagian besar masuk kategori tertinggal dan adanya kabupaten yang menjadi tertinggal karena terkena bencana alam.(*)
(T.S024/Z002/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010