Semarang (ANTARA News) - Penyanyi balada, Ebiet G. Ade, memperdengarkan suara "emas"-nya di Semarang, Jumat (19/11) malam, untuk menggugah kepedulian masyarakat "Kota Atlas" itu terhadap penderitaan para pengungsi korban erupsi Merapi.

Dalam konser amal bertajuk "Symphony for Merapi" yang berlangsung di Hotel Santika Premiere Semarang itu, penyanyi kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, 21 April 1955 silam itu muncul sebagai penampil terakhir.

Sebelum sang maestro balada tampil, Eko Tunas, penulis naskah drama dan cerpenis asal Tegal lebih dulu menampilkan monolognya di hadapan puluhan penonton, tampak pula Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Hadi Prabowo dan Wali Kota Semarang, Soemarmo HS.

Tak ketinggalan, kiai nyentrik, Gus Nuril Arifin yang juga pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang mengantarkan doa bagi para korban Merapi, disusul acara lelang amal yang hasilnya akan disumbangkan kepada para pengungsi korban erupsi gunung berapi itu.

Bahkan, Sekda Jateng, Hadi Prabowo ikut menyumbangkan suara merdunya yang kemudian dilelang dan akhirnya dimenangkan oleh Wali Kota Semarang, Soemarmo HS dengan nilai Rp30 juta. Foto tentang Merapi juga dilelang dan berhasil menyentuh harga Rp10 juta.

Akhirnya, Ebiet muncul di atas panggung dengan menenteng sebuah gitar, sempat pula Ebiet berdialog santai dengan penonton. Namun, tak menyurutkan kharisma penyanyi yang terkenal dengan lagu yang menyayat hati, sekaligus sarat makna tersebut.

Tak menunggu lama, Ebiet langsung membuka penampilannya dengan satu lagu berjudul "Masih Ada Waktu", dengan iringan musik yang dibawakan personel BPD Big Band, semakin memperindah alunan melodi akustik gitar dan suara emas Ebiet yang diperdengarkannya malam itu.

Tembang kedua berjudul "Mimpi di Padang Parangtritis" segera dibawakan Ebiet untuk memanjakan telinga penonton menyusul lagu perdana, dilanjutkan tembang "Cinta" dan "Camelia". Dalam kesempatan itu, Ebiet juga menawarkan jaket yang dipakainya untuk dilelang.

Gayung bersambut, penonton pun setuju dan berlomba menawarnya, akhirnya lelang jaket dimenangkan Zaenal, anggota Komisi B DPRD Jateng dengan harga Rp5 juta, sementara compact disk (CD) lagu Ebiet yang ikut dilelang justru sanggup menyentuh harga Rp7,5 juta.

"Tidak apa-apa (jaket, red.) saya lelang, untuk Merapi. Tidak apa-apa saya pulang tidak pakai jaket," seloroh Ebiet di sela-sela proses lelang jaketnya, dalam konser amal untuk Merapi yang diprakarsai Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jateng tersebut.

Ebiet kemudian melanjutkan konsernya dengan tembang berjudul "Untuk Kita Renungkan", disusul "Lolong" dan "Yogyakarta". Saat akan menyanyikan tembang "Yogyakarta", Ebiet bahkan sempat lupa lirik pertama lagu itu yang diakuinya karena saking banyaknya lagu yang diciptakannya.

Namun, para penonton yang nampaknya justru lebih hapal lagu-lagu Ebiet membantunya dengan bernyanyi bersama yang membuat suasana menjadi lebih semarak. Dalam konser amal tersebut, Ebiet didaulat menyanyikan 10 lagu untuk menghibur kerinduan penonton.

Lagu penutup berjudul "Cintaku Kandas di Rerumputan" yang dibawakan Ebiet dengan bergelora ternyata belum membuat penonton puas, dan akhirnya sang maestro balada mengalah dengan mempersembahkan satu bonus lagu, yakni "Berita Kepada Kawan".

"Satu lagu terakhir mengakhiri kebersamaan kita malam ini, terima kasih semuanya," kata Ebiet saat menutup konsernya. Total dana sebesar Rp268.102.000 dari berbagai pihak akan disumbangkan kepada pengungsi Merapi.
(KR-ZLS/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010