New York (ANTARA News/Reuters) - Memilih makan apel daripada kue tidak hanya menyebabkan berat badan turun, namun juga mencegah kerusakan pada tulang pada usia senja, kata sebuah kajian.

Wanita dewasa, yang makan bermacam buah, sayuran dan padi-padian, memiliki peluang lebih sedikit menderita patah tulang daripada yang tidak suka makanan sehat tersebut, kata kajian, yang disiarkan dalam jaringan di Jurnal Nutrisi Klinis Amerika Serikat.

Kajian lain juga menyebutkan bahwa orang dengan asupan tingkat tinggi nutrisi tertentu, seperti, kalsium dan vitamin D, memiliki massa tulang lebih baik dan lebih sedikit mendapat bahaya patah tulang pada usia mereka.

"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pola diet berkaitan dengan bahaya beberapa dampak, yang merugikan kesehatan, namun hubungan antara pola diet dengan tingkat kerapuhan tulang masih belum diketahui," kata Lisa Langsetmo di Universitas McGill di Montreal, Kanada, yang memimpin sekelompok peneliti.

Langsetmo dan rekan lain mempelajari 3.539 wanita, yang melewati masa mati haid, dan 1.649 pria berusia 50 tahun ke atas. Mereka memusatkan perhatian pada hubungan antara "kepadatan gizi" --konsentrasi nutrisi dalam makanan dalam kaitannya dengan kalori-- dan dampaknya terhadap kerusakan tulang.

Pada awal penelitan, peserta mengisi pertanyaan rinci tentang diet mereka, kemudian peneliti itu mengalkulasikan angka kepadatan nutrisi pada setiap orang.

Makanan dengan tingkat kepadatan tinggi nutrisi meliputi berbagai buah, sayuran, padi-padian, kacang-kacangan dan ikan, sementara makanan dengan tingkat kepadatan tinggi kalori adalah makanan penutup, keripik kentang dan daging olahan.

Selama tujuh tahun ke depan, 70 pria dan 372 wanita dalam penelitian tersebut berpeluang menderita patah tulang, yang tidak terkait dengan kecelakaan besar.

Secara umum, penelitian tersebut menemukan bahwa dalam setiap 40 persen peningkatan kalori dalam buah, sayuran dan makanan padat nutrisi lain menyebabkan kecenderungan menderita patah tulang dalam 10 tahun ke depan menurun sekitar 14 persen terhadap wanita.

Hal itu berlaku bahkan ketika mereka memperhitungkan unsur lain, seperti, berat badan, kepadatan tulang, kebiasaan merokok, dan kebiasaan minum kalsium dan vitamin D.

Terdapat pola sama di antara pria, yang tidak bermakna secara statistik.

Tapi, tidak ada hubungan antara risiko patah tulang dan diet dengan makanan padat kalori.

Langsetmo mengatakan bahwa meskipun penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa diet kaya nutrisi dapat mencegah patah tulang, pesan yang ingin disampaikannya adalah bahwa diet lebih sehat --dengan mengurangi bahaya serangan jantung serta diabetes-- juga dapat berdampak baik bagi keadaan tulang.

Ia juga mengingatkan bahwa yang memiliki kebiasaan makan makanan kaya nutrisi juga cenderung lebih sehat daripada yang menghindari sayuran, melakukan lebih banyak olahraga, dan mengurangi rokok.(*)
(Uu.KR-PPT/B002/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010