Semarang (ANTARA News) - Eksodus warga dari berbagai kawasan rawan bencana letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah ke daerah yang dinilai aman hingga Jumat malam terus berlangsung, bahkan melebar ke Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Semarang.

Perpindahan penduduk tersebut dipicu oleh letusan dahsyat Merapi pada Jumat dini hari dan perluasan radius bahaya Merapi dari 10 kilometer menjadi 20 kilometer pada Jumat dini hari pula.

Aktivitas vulkanik Merapi hingga saat ini masih terus berlangsung, namun intensitasnya tidak lagi sedahsyat sepanjang Kamis pagi hingga malam yang menyebabkan hujan lebat abu dan pasir.

Bupati Klaten Sunarna menyatakan, saat ini arus pengungsi dari Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sleman (DIY) ke daerah ini masih terus terjadi. Ia memperkirakan jumlah pengungsi di Klaten bakal membengkak menjadi sekitar 20.000 jiwa dari sebelumnya 16.000-an warga.

Selain ke Klaten, sekitar 300 warga Kecamatan Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, mengungsi ke Kabupaten Semarang. Sebanyak 31 penduduk kabupaten ini, Kamis malam, juga mengungsi hingga ke Kabupaten Sukoharjo, yang jaraknya sekitar 80 km.

Pengungsi mulai berdatangan ke Kabupaten Semarang sejak Jumat pagi dan sementara ini ditempatkan di tiga titik pengungsian, yaitu di Desa Payungan, Kradenan, dan Jetis, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang.

Warga mengaku selama mengungsi di wilayah Kabupaten Boyolali sudah berpindah tiga kali dalam semalam ketika Gunung Merapi meletus lagi pada Jumat 01.00 WIB.

"Dari pada kami terus berpindah-pindah karena radiusnya terus ditingkatkan, kami memilih mengungsi di tempat yang jauh sekalian," kata Ahmad, warga Desa Pentongan, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.

Mereka hanya membawa pakaian dan uang seadanya hasil menjual sapi. Sapi terpaksa dijual dengan harga murah, karena mereka tidak bisa lagi memberi makan.

Kepala Desa Payungan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang, Sukadi mengatakan, posko pengungsian di desanya di bagi menjadi tiga titik, yaitu di Dusun Nanggulan, Randusari, dan Perampogan. Warga sekitar juga menyambut pengungsi dengan menyediakan lahan dan sejumlah logistik.

Bupati Semarang, Mundjirin, mengatakan Pemkab Semarang juga menyalurkan sebagian bantuan logistik dan obat-obatan ke pengsungsi yang berada di Kecamatan Kaliwungu tersebut.

"Sebenarnya bantuan logistik dari Pemkab Semarang akan kami serahkan kepada pengungsi yang ada di Magelang, tapi di daerah Kabupaten Semarang sendiri juga ada pengungsi, sehingga sebagian bantuan itu kami salurkan ke sini," katanya.

Sejumlah warga yang menempati tempat pengungsian di kota Kecamatan Dukun, Kabupaten Mangelang, Jumat dini hari berjalan kaki menuju ke kota Kecamatan Muntilan, sejauh enam kilometer untuk mencari tempat aman.

Yatin, Kepala Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang mengatakan bahwa sepanjang perjalanan, suasana gelap karena aliran listrik padam dan jalan Dukun-Muntilan tertutup abu vulkanik.

Seorang warga berasal dari Dusun Braman, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Gimono, mengatakan, jumlah pengungsi yang sebelumnya berada di Balai Desa Dukun dan memutuskan relokasi ke Muntilan dengan berjalan kaki sekitar 100 orang.

"Mereka sebenarnya menunggu kedatangan armada angkutan evakuasi, tetapi tidak kunjung datang sehingga memutuskan jalan kaki menuju Muntilan," katanya.

Ia mengatakan, sekitar 400 pengungsi lainnya, sebelumnya telah diangkut ke Muntilan dengan menggunakan beberapa unit truk. Akan tetapi, pada Jumat sore, ratusan pengungsi Gunung Merapi di beberapa tempat penampungan di Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, direlokasi ke Kota Magelang untuk memudahkan pelayanan bantuan logistik. Sejumlah tempat relokasi seperti aula SMK Pius dan Gedung Mandala di Gereja Santo Ignasius Kota Magelang.

Akibat diperluasnya radius bahaya letusan Gunung Merapi, di wilayah Kabupaten Magelang ada sekitar 80 persen dari 61 titik pengungsian yang dipindah ke lokasi lebih aman. Selain dijemput petugas, warga juga berinisiatif meninggalkan tempat pengungsian.

Sekteraris Daerah (Sekda) setempat, Utoyo menyebutkan jumlah pengungsi yang dipindah sekitar 20.000 orang. Total jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang mencapai 60.000 orang dan mereka dipindah di tempat pengungsian di sejumlah kantor dan gedung sekolah yang ada di Mungkid, Muntilan, Ngluwar, Borobudur, Mertoyudan, Candimulyo bahkan Kota Magelang.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) wilayah Jawa Tengah mendesak Pemerintah, agar segera menetapkan bencana letusan Gunung Merapi sebagai bencana nasional sehingga penanganan musibah dapat lebih cepat.

Direktur Walhi wilayah Jawa Tengah, Arif Zayyin, mengatakan bahwa bencana letusan gunung yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta ini semakin luas, dengan korban jiwa yang juga bertambah.

"Dampak ekonomisnya, penerbangan terganggu, listrik padam, dan berbagai kerugian lainnya. Oleh karena itu, letusan gunung ini sudah seharusnya ditetapkan sebagai bencana nasional," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah Jarot Nugroho meminta kepada Pemerintah Kabupaten Magelang, Klaten dan Boyolali agar segera mengajukan tambahan bantuan untuk penanganan tanggap bencana.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jateng, Muh Zen mendesak tiga kabupaten di provinsi itu yang berada di wilayah lereng Gunung Merapi agar segera membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD). Ketiga kabupaten tersebut, Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten.

Menurut dia, daerah yang belum membentuk badan penanggulangan bencana masih mengandalkan instansi semacam Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan Bencana, Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, serta Dinas Sosial.

Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana tidak mewajibkan pemerintah kabupaten/ kota untuk membentuk badan penanggulangan bencana.

"Dalam undang-undang tersebut dijelaskan, pemerintah kabupaten/ kota bisa membentuk badan penanggulangan bencana," katanya.
(U.N008/A030/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010