Wasior (ANTARA News) - Ratusan warga Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat kembali melakukan eksodus ke Kabupaten Manokwari dan sekitarnya guna mencari lokasi pengungsian yang lebih aman karena khawatir terjadinya banjir bandang susulan.

Kapten Inf Irawan dari Pasiops Kodim 17-03 Manokwari yang bertugas di Posko I Wasior, Minggu, mengatakan jumlah warga yang melaporkan diri berangkat ke Manokwari dan sekitarnya berjumlah sekitar 400 orang.

"Mereka yang melaporkan diri akan diberi surat keterangan dari Posko I Wasior sehingga tidak dipungut biaya karcis dalam perjalanannya menuju Manokwari menggunakan Kapal Motor Labobar milik Pelni," katanya.

Irawan menambahkan, pihaknya tidak menutup kemungkinan ada warga yang mengungsi dengan menumpang Kapal Motor Labobar tanpa melaporkan diri terlebih dahulu ke pihak Posko I Wasior.

"Jika dijumlah dengan mereka yang tidak melaporkan berarti total pengungsi bisa lebih dari 400," katanya.

Di Pelabuhan Wasior, ratusan warga berduyun-duyun naik ke atas Kapal Motor Labobar yang bisa menampung total 3.000 penumpang pada Minggu pukul 03.00 WIT.

Sebagian dari mereka bahkan ada yang membawa kasur dan kardus-kardus besar dan semua perlengkapan yang bisa mereka pergunakan saat mengungsi.

Bahkan, ada warga yang membawa serta anak-anak dan bayinya untuk mengungsi dan duduk di kelas ekonomi dengan kondisi yang cukup memprihatinkan karena harus beralaskan kain di atas lantai kapal untuk menidurkan anak mereka.

Kapal Motor Labobar sendiri berangkat dari Pelabuhan Wasior pukul 03.00 WIT dan tiba di Pelabuhan Manokwari pukul 10.00 WIT.

Untuk itu, pihak Posko I Wasior telah melakukan koordinasi dengan pihak Posko Provinsi Manokwari terkait warga yang mengungsi agar disiapkan tempat bagi mereka yang baru datang.

Sementara itu, Koordinator Posko Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahmad Rifai yang tengah berada di Posko Kodim 17-03 Manokwari saat dihubungi

dari Wasior mengatakan pihaknya menyediakan tenda darurat bagi para pengungsi Wasior yang tiba di Manokwari. (*)

W004/E011

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010