Jakarta (ANTARA) - Pada Rabu (14/7) kemarin, Uni Eropa mengumumkan ingin mengakhiri penjualan mobil bensin dan diesel baru pada tahun 2035, di bawah rencana besar-besaran untuk memerangi perubahan iklim.

Menurut salah satu dari banyaknya rancangan undang-undang di Brussel, emisi dan kendaraan bermotor harus turun 55 persen pada tahun 2030 dan menjadi nol pada tahun 2035.

Artinya, semua mobil dan van ringan yang dijual mulai tanggal tersebut adalah mobil listrik bertenaga baterai, yang saat ini mewakili kurang dari sepersepuluh pendaftaran baru di Eropa. Namun, langkah itu akan ditentang keras oleh beberapa pihak industri.

Dilansir dari AFP, Kamis, Asosiasi Produsen Mobil Eropa (ACEA) mengatakan pihaknya mendukung upaya untuk membuat UE netral karbon pada tahun 2050, seperti yang direncanakan undang-undang iklim.

Baca juga: Tesla cetak rekor pengiriman lebih dari 200 ribu mobil kuartal II 2021

Baca juga: BMW akan hentikan penjualan mobil listrik i3 di AS, kenapa?

Namun, menanggapi rencana untuk mengurangi emisi lalu lintas jalan menjadi nol pada tahun 2035, ACEA berpendapat bahwa melarang satu teknologi bukanlah cara yang rasional untuk maju pada tahap ini.

Kelompok Aktivis Transportasi dan Lingkungan menyambut baik rencana tersebut sebagai "titik balik" untuk otomotif hijau.

Akan tetapi, direktur eksekutif William Todts memperingatkan, "Masalahnya adalah pembuat mobil hanya harus mulai menjual mobil yang lebih bersih itu pada tahun 2030. Planet kita tidak mampu lagi melakukan pembicaraan besar selama 9 tahun tetapi sedikit tindakan dari industry otomotif," katanya.

Selain itu, ada pula kehati-hatian di antara negara-negara anggota seperti Prancis, Jerman, Spanyol dan Italia yang memiliki sektor besar yang memproduksi kendaraan mesin pembakaran tradisional dan hibrida yang mendukung ratusan ribu pekerjaan.

Tetapi presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bersikeras bahwa transisi itu penting jika Eropa ingin memenuhi target pengurangan emisi dan hal itu didukung publik.

"Sekitar selusin perusahaan otomotif besar baik di Jerman maupun di tempat lain di Eropa telah mengumumkan bahwa mereka akan mengalihkan armada mereka ke kendaraan bebas emisi secara eksklusif," katanya.

"Kami melihat bahwa orang menginginkan perkembangan ini, ada peningkatan besar dalam jumlah yang mendaftar untuk kendaraan listrik," katanya, mencatat bahwa pasar AS telah meningkat tiga kali lipat selama setahun terakhir.

Oliver Zipse, presiden kelompok lobi ACEA dan kepala eksekutif BMW, menekankan bahwa rencana itu hanya akan berhasil jika negara di Eropa meningkatkan ketersediaan infrastruktur.

"Ini akan sangat penting untuk mengisi daya jutaan kendaraan listrik yang akan dibawa oleh pembuat mobil Eropa di tahun-tahun mendatang," katanya.

Transportasi darat adalah cara paling umum di Eropa untuk bepergian, tetapi hal itu berkontribusi 15 persen dari emisi gas rumah kaca. 

Dampak ekonomi dari pandemi virus corona telah memukul pasar otomotif, kecuali penjualan mobil listrik yang bertumbuh.

Mobil bertenaga baterai mewakili delapan persen dari pendaftaran mobil baru di Eropa barat dalam lima bulan pertama tahun ini, dengan 356.000 kendaraan baru, lebih banyak dari pada tahun 2019.

Baca juga: Rincian regulasi baru pajak kendaraan hybrid dan listrik di Indonesia

Baca juga: Produsen mobil impor akan bawa 53 model listrik ke Korsel pada 2023

Baca juga: Korea Selatan akan kembangkan sektor industri baterai EV

Pewarta:
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021