Dalam beberapa pekan mendatang di jalanan Amerika Serikat akan mulai banyak dijumpai mobil listrik - yang sangat hening dan bebas emisi.
Seperti dilaporkan USA TODAY, pabrikan seperti Nissan dan Chevrolet kini gencar dengan iklan kendaraan listrik buatan mereka. Tapi, di sisi lain, timbul kekhawatiran konsumen kendaraan mesin BBM enggan beralih ke mobil listrik karena belum ada yang punya pengalaman dengan jenis tersebut.
Pabrikan memang tidak akan sulit menjual produk awal mereka, yang dibuat secara terbatas, kepada penggemar mobil listrik dan orang-orang yang selalu ingin memiliki teknologi terbaru.
Namun, belum ada yang tahu bagaimana respon umum terhadap produksi mobil listrik secara massal, padahal produksi massal adalah mutlak agar keuntungan bisa diraih.
Pemerintah AS dan industri otomotif mempromosikan transportasi tenaga listrik sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan AS pada pasokan minyak dari luar negerinya, untuk mengurangi permintaan penambahan sumur minyak dalam negeri, serta untuk mengurangi karbon dioksida di udara.
Teknologi ini masih menjadi taruhan bagi miliaran dolar yang diinvestasikan oleh industri dan miliaran dolar lainnya dari subsidi pemerintah untuk penelitian dan rabat langsung ke pembeli sebesar 7.500 dolar untuk mengurangi mahalnya kendaraan listrik.
Pembeli masih harus diyakinkan bahwa mengambil sikap ramah lingkungan sepadan dengan yang "pengorbanan" - mulai dari harga mobil listrik yang dua kali lebih mahal dari mobil BBM dengan kemampuan serupa.
Lalu, pembeli juga akan dihadapkan pada kenyataan waktu yang diperlukan untuk mengisi listrik, paling cepat 30 menit, itupun lewat charger khusus. Pengisian biasa akan membutuhkan delapan jam. Baterai dalam keadaan penuh rata-rata bisa digunakan untuk 100 mile (160,94 km).
Kampanye mobil listrik di AS sedang gencar-gencarnya. Nissan telah memulai kampanye iklan untuk Nissan Leaf yang murni berpenggerak listrik. Chevrolet gencar mempromosikan Volt, mobil listrik plug-in listrik yang juga memiliki generator dengan mesin BBM. LSM seperti Plug In America sedang merancang kampanye edukasi publik.
Presiden Obama telah menetapkan target satu juta kendaraan plug-in listrik di jalan-jalan AS pada tahun 2015, ini jumlah yang kontras dibandingkan dengan 11 juta kendaraan konvensional yang ditargetkan terjual sepanjang tahun ini.
Menurut periset otomotif J.D. Power and Associates, pada tahun 2020 hanya ada 0,6 persen mobil berpenggerak murni listrik di AS, itupun karena ada subsidi, promosi dan upaya edukasi konsumen.9,6% lainnya merupakan kendaraan hibrida.
Hal ini disebabkan oleh :
- Kurangnya stasiun pengisian umum.
- Pengisiran di rumah memerlukan garasi yang dirancang khusus. Listrik 110 volt berarti 20 jam pengisian. Charger khusus 220 volt harganya paling murah 1.200 dolar, itupun sudah disubsidi pemerintah AS dan waktu pengisian delapan jam. Masyarakat yang tidak punya garasi pribadi, misalnya yang tinggal di apartemen, tentu kesulitan mengisi listrik mobilnya.
- harga BBM stabil
- harga mobil listrik yang mahal. Chevrolet Volt dibanderol 41 ribu dolar AS sedangkan saudaranya yang bermesin BBM, Chevrolet Cruze, kurang dari 17 ribu dolar AS.
- Belum ada Pengalaman dengan mobil listrik
- Jarak tempuh sebelum pengisian jadi masalah karena semakin banyak orang menempuh perjalanan yang makin jauh. "Kenapa juga saya beli mobil yang cuma bisa berjalan 100 mile?," itu anggapan umum warga AS soal mobil listrik.
Tapi di balik semua itu, pabrikan besar tetap mempersiapkan mobil listrik murni. Selain Leaf dan Volt, Ford Motor akan memiliki versi listrik dari minibus Transit Connect. Tahun depan mereka berencana mengeluarkan versi listrik dari Ford Focus.
Toyota bekerja sama dengan Tesla untuk mengembangkan dan menjual versi listrik crossover RAV4 Toyota di Amerika Serikat pada 2012. Chrysler berencana mengadakan versi listrik Fiat 500. Mitsubishi diperkirakan mulai menjual sedan mini iMiEV pada tahun depan.
(A038/A038/BRT)
Pewarta: Aditia Maruli Radja
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010