Jeddah (ANTARA News) - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) masih terus mengkoordinasikan persiapan menjelang acara puncak musim haji di Padang Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) dengan pihak-pihak terkait.

ANTARA melaporkan dari Jeddah, Selasa, serangkaian rapat koordinasi dilakukan oleh pihak PPIH dengan Pemantau Haji Komisi VIII DPR, Tim DPD dan Amirul Haj yang dipegang oleh Sekjen Departemen Agama, Bahrul Hayat.

Rapat umumnya membahas keluhan jemaah yang disampaikan kepada Tim DPR, DPD maupun kepada media atau untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk pada acara puncak di Armina nanti.

Pada intinya rapat koordinasi difokuskan pada tiga masalah klasik penyelenggaraan haji dari tahun ke tahun yakni pemondokan, transportasi "shuttle bus" dari pondokan jemaah di Mekah ke Masjidil Haram pp, transportasi dari Mekah ke Armina dan pelayanan makan selama jemaah berada di Armina.

Dari pelaksanaan angkutan di Mekah, tampak masih muncul keluhan dari jemaah karena bus yang akan membawa mereka dari pondokan ke Masjidil Haram sering tidak muncul-muncul di halte-halte yang telah ditentukan.

Sesuai isi kontrak antara PPIH dengan muasassah (penyelenggara layanan haji setempat), mereka harus menyediakan 315 bus yang beroperasi lima rit sehari untuk melayani angkutan jemaah dari pondokan ke Masjidil Haram pp selama 24 jam khususnya saat lima waktu shalat.

Kenyataannya, pengemudi yang sebagian besar berkebangsaan Suriah dan Mesir, memanfaatkan lemahnya pengawasan dengan sering mangkir atau tidak mematuhi jadwal kerja untuk mengemudikan kendaraannya pada jadwal dan rute yang telah diatur.



Awasi ketat

Amirul Haj menanggapi hal itu meminta PPIH melakukan pengawasan lebih ketat kepada muasassah dan mencatat pelanggaran yang terjadi, bahkan kalau perlu mengenakan denda atau penalti jika mereka terbukti tidak memberikan layanan seperti dalam kontrak.

Masalah transportasi bagi calhaj di Mekah cukup dilematis karena di satu pihak pemerintah Arab Saudi lepas tangan dan menyerahkan kepada masing-masing negara, sementara di lain pihak PPIH juga belum mampu untuk menanganinya sendiri.

Mengenai kebutuhan makan untuk jemah haji selama di Armina, pihak PPIH juga masih mengkoordinasikannya terus dengan maktab (penyelenggara layanan haji setempat) agar tidak muncul masalah misalnya ada calhaj yang kehabisan makan atau mereka harus berebutan saat jam makan.



Hidangan

PPIH, untuk mencegah kemungkinan tersebut, meminta maktab untuk menyediakan hidangan dengan sistem prasmanan dan juga menambah meja-meja tempat hidangan di tiap-tiap tenda agar calon jemaah tidak berebutan.

Sistem prasmanan diberlakukan sejak tahun lalu mengingat pembagian nasi kotak yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya bermasalah, selain banyak jemaah yang tidak kebagian, kualitas hidangan yang dsajikan juga tidak terlihat langsung.

PPIH juga mengkhawatirkan masalah penanganan kesehatan calhaj selama di Armina, mengingat pihak tuan rumah tidak mengizinkan ambulan yang dikelola PPIH untuk melayani jemaahnya,karena hal itu sudah ditangani tim kesehatan Arab Saudi.

Masalahnya, seperti yang diungkapkan oleh seorang dokter dari Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), layanan kesehatan yang diberikan tuan rumah sering lambat.



Pemondokan

Mengenai pemondokan di Mekah, diharapkan jumlah yang disewa dapat memenuhi kebutuhnan seluruh jemaah haji reguler (dulu ONH) sebanyak 196.000 orang.

Walaupun sejumlah pondokan yang disewa terpaksa dibatalkan karena tidak memenuhi persyaratan baru yang dikeluarkan pemerintah Arab Saudi (untuk rumah berlantai tiga ke atas harus memiliki tangga darurat), PPIH sudah menyediakan rumah-rumah yang sudah dicadangkan sebelumnya untuk mengantisipasi kemungkinan tidak terduga.

Menurut catatan, untuk memenuhi kebutuhan pemondokan jemaah pada musim haji 1430H ini,PPIH menyewa 407 pemondokan di Mekah, 115 rumah untuk 52.400 jemaah (26,4 persen) berada di Ring 1 atau berjarak terjauh dua km dari Masjidil Haram dan sisanya 292 rumah untuk 143.600 jemaah berada di Ring 2 dengan jarak terjauh tujuh km dari Masjidil Haram.

Terpenuhi tidaknya kebutuhan pemondokan bagi seluruh jemaah, masih harus dibuktikan lagi sampai seluruh calhaj Indonesia yang diberangkatkan dari berbagai bandara embarkasi di Indonesia tiba di Mekah Minggu depan (22/11).

Sejauh ini dari jemaah yang sudah tiba, umumnya lancar-lancar saja, walaupun ada keluhan seperti sempitnya kamar karena dijejali jemaah, ketersediaan lift dan toilet atau kamar mandi yang kurang memadai atau lokasinya yang jauh, khususnya bagi calhaj yang tinggal di Rig 2.

Rakor menyeluruh yang akan dihadiri oleh Menko Kesra Agung Laksono,Menteri Agama Suryadarma Ali, Pelaksana Dubes RI di Arab Saudi Gatot Abdullah Mansur,Pelaksana Konjen RI di Jeddah, Didi Wahyudi, Konsul Haji Shairozi Dimyathi dan ketiga pimpinan Daker (Mekah, Madinah, Jeddah) PPIH dijadwalkan di Mekah pada Senin (23/11).

Seluruh calhaj Indonesia yang sudah tiba di tanah suci saat ini sudah berada di Mekah untuk menunaikan ibadah Umrah (Tawaf: mengitari Ka`bah tujuh kali dan Sa`i: lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwah, diakhiri tahallul atau mencukur rambut).

Ritual Wukuf (perenungan diri) di Padang Arafah yang merupakan puncak ritual haji akan berlangsung mulai 9 Zulhijah (26/11), hitungannya dimulai saat matahari mulai tergelincir dari tengah hari.

Sejak satu atau dua hari sebelumnya jemaah sudah mulai bergeser dari Mekah ke Padang Arafah yang berjarak sekitar 25 Km.

Pada 10 Zulhijah (27 November) dan tiga hari setelah itu (hari Tasyrik) jemaah melontar jumrah atau ritual untuk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda setan agar membangkang dari perintah Allah menyembelih puteranya, Ismail.

Temperatur udara di Kota Suci Mekah dan sekitarnya saat ini cukup nyaman bagi calon haji, siang hari berkisar antara 30 sampai 31 derajat Celcius, sementara di malam hari relatif agak sejuk.
(*)

Editor: Imansyah
Copyright © ANTARA 2009