Mataram (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengusulkan penggunaan istilah gerakan "Giburno" atau gizi buruk nol untuk menangani kasus gizi buruk dan gizi kurang yang masih cukup tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

"Selain istilah gerakan `Akino` (angka kematian ibu melahirkan nol), `Absano` (angka buta aksara nol) dan `Adaono` (angka drop out no), saya mengusulkan ditambah dengan gerakan `Giburno` (gizi buruk nol), " katanya di Mataram, Sabtu.

Pada Rapat Kerja dengan Gubernur, Bupati/Wali Kota, Ketua DPRD, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur RSUD se-NTB, Menkes mengatakan, dengan gerakan Giburno tersebut kasus gizi buruk di daerah ini bisa kurangi bahkan hingga nol.

Menkes mengakui kasus guzu buruk di Provinsi NTB masih cukup tinggi di atas nasional sehingga perlu ditangani secara serius, antara lain melalui gerakan `Giburno`.

"Saya optimistis dengan berbagai upaya yang dilakukan Pemprov NTB selama ini kasus gizi buruk bisa dikurangi," kata Menkes pada acara yang dihadiri sejumlah pejabat dari Kementerian Kesehatan, Gubernur NTB TGH Zainul Majdi dan Wagub H Badrul Munir.

Menurut data, dalam empat tahun terakhir yaitu 2006-2009 tercatat sekitar 151 balita di NTB meninggal akibat menderita gizi buruk dari 4.698 kasus yang ditemukan.

Pada 2006 tercatat sebanyak 10 orang meninggal dunia dari 2.465 kasus yang ditemukan, selanjutnya 2007 sebanyak 52 orang meninggal, 2008 sebanyak 45 orang meninggal dengan 1.207 kasus dan 2009 yang meninggal 44 orang dengan 926 kasus.

Khusus 2009 dari sebanyak 44 penderita yang meninggal terbanyak di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 11 orang, kemudian Lombok Barat sembilan orang, Lombok delapan orang dan Kabupaten Bima enam orang.

Selain itu Kabupaten Dompu empat orang dan Lombok Utara dua orang dan Kota Mataram satu orang sementara Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima tidak ada yang meninggal. (*)

M025/N002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010