Kupang (ANTARA News) - Pemerhati masalah Timor Leste Florencio Mario Vieira berpendapat mundurnya Mario Vieigas Carrascalao dari jabatan Wakil Perdana Menteri Timor Leste, tidak akan mempengaruhi stabilitas politik di negara baru itu.

"Rakyat Timor Leste sudah cukup dewasa dalam menilai konflik antarelite politik di wilayah bekas provinsi ke-27 Indonesia itu, karena semata-mata hanya untuk kepentingan sesaat," kata Mario Vieira di Kupang, Senin.

Carrascalao mengundurkan diri karena tersinggung dihina Perdana Menteri Xanana Gusmao.

Carrascalo menuduh Xanana menyebutnya pembohong dan bodoh dalam acara tanya jawab dengan masyarakat yang disiarkan televisi secara nasional.

"Di depan umum, dia (Xanana) bilang saya pembohong dan bodoh. Saya tidak terima pernyataan tersebut sehingga memilih untuk mundur," kata mantan Gubernur Timor Timur itu.

Menurut Carrascalao, Xanana menyampaikan kata itu ketika menanggapi pertanyaan seorang anak dalam sebuah pertemuan masyarakat dengan Perdana Menteri Xanana Gusmao.

Anak tersebut bertanya mengenai kelanjutan berita mengenai hilangnya dana sekitar tiga juta dolar AS di Departemen Keuangan.

"Dia langsung melakukan kritik (terhadap saya). Dia kira saya menimbulkan masalah ini, padahal saya hanya menginstruksikan investigasi setelah tuduhan ini dilemparkan oleh partai oposisi di parlemen," jelas Carrascalao.

"Tuduhan itu menjadi berita utama di koran lokal Timor Leste selama berhari-hari dan karena tidak ada tanggapan dari Departemen Keuangan, saya perintahkan agar diselidiki," tambahnya.

"Dari hasil penyelidikan memang terbukti tuduhan itu tidak benar. Nah kalau sudah terbukti tidak benar, ya sudahlah. Tetapi kalau reaksinya seperti ini, bagi saya ini terlalu pribadi," kata mantan anggota Dewan Pertimbangan Agung semasa pemerintahan Presiden Soeharto itu.

Mario Vieira mengatakan masyarakat Timor Leste sudah cukup dewasa setelah berpisah dengan Indonesia melalui referendum 1999, dalam menilai konflik antarelite politik di wilayah bekas jajahan Portugis itu.

"Saya sama sekali tidak kaget, apalagi terkejut dengan kejadian di Timor Leste saat ini karena generasi Mario Vieigas Carrascalao (UDT), Xanana Gusmao dan Ramos Horta (CNRT) yang merupakan pecahan dari Fretelin, termasuk Mari Alkatiri (Fretelin) adalah bagian dari nostagia konflik masa lalu," ujarnya.

Ia mengatakan perang saudara 1975 merupakan sejarah yang tidak akan terlupakan dan ini berakibat pada suasana batin di antara elite politik Timor Leste saat ini.

Mario Vieira, putra asli Timor Timur yang berdomisili di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengharapkan rakyat Timor Leste tidak terpengaruh dengan gejolak antarelite di negara itu.(*)

B017/L003/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010