Jakarta (ANTARA News) - Tim ekspedisi Tujuh Puncak Dunia (7 Summits) Indonesia saat ini sedang melakukan aklimatisasi di kawasan Kashkatash Glacier, sebelum mengawali upaya pendakikan Puncak Elbrus (5.642 meter) di Rusia pada Sabtu (14/8).

"Kami akan mulai berlatih di Kashkatash Glacier pada Kamis pukul 08.00 (waktu setempat)," kata Nurhuda, ketua operasi pendakian melalui surat elektronik yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Dalam latihan pendakian es dan salju, tim yang terdiri atas enam pendaki utama tersebut akan dipandu oleh pemandu dari Alpindustria dan akan berlangsung selama tiga hari ke depan, sebelum tim melanjutkan perjalanan menuju puncak Elbrus.

"Lokasi yang akan menjadi tempat latihan tim tersebut, memiliki lapisan es yang cukup tebal dan kemiringan yang lumayan curam," katanya.

Selama persiapan saat melakukan latihan ice and snow climbing course di Kashkatash Glacier, tim menginap di Hotel Ozon, Elbrus Village.

Tim tiba di titik ini pada Senin (9/8) pukul 22.40 waktu setempat, setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dari Mineralnye Voddy.

Sehari sebelumnya, Selasa (10/8), tim yang juga terdiri atas tiga pendaki dari media dan satu pendaki senior Wanadri ini telah melakukan latihan aklimatisasi pertama.

"Program latihannya adalah aklimatisasi dari Terskol ke Cheget Peak di ketinggian 3.400 meter di atas permukaan laut," kata Nurhuda.

Di Cheget Peak, tim menurut Nurhuda seharusnya sudah bisa melihat puncak Elbrus, tapi ketika mereka sampai di sana, puncak tertinggi di benua Eropa tersebut ternyata tertutup awan hitam.

"Selain awan hitam, sepertinya sedang hujan deras di sana. Suara angin terdengar lumayan kencang dan berembus dari arah puncak Elbrus," kata Nurhuda berusaha mendeskripsikan kondisi yang mereka hadapi.

Berdasarkan keterangan warga lokal, akhir-akhir ini hampir setiap hari terjadi sedikit badai di area puncak Elbrus. Badai biasanya menyerang area tersebut selepas pukul 13.00, sehingga bila tim bisa mencapai puncak sebelum pukul 13.00, besar kemungkinan mereka bisa terhindar dari badai tersebut.

Tim yang terdiri atas Ardhesir Yaftebbi, Iwan Irawan, Fajri Al Luthfi, Nurhuda, Martin Rimbawan dan Gina Afriani itu sebelumnya sempat mengalami cuaca tidak lazim saat mereka berada di Moskow.

Tidak lama setelah mendarat di Moskow, mereka merasakan panasnya hawa akibat terbakarnya lahan gambut di negara tersebut.

Saat ini, suhu di ibukota Rusia itu mencapai 39 derajat celsius dan cuaca sepanas itu belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah.

Sebelumnya, tim ekspedisi sudah berhasil menggapai dua puncak dunia, yaitu Ndugu-Ndugu (4.884 m) pada Hari Bumi 22 April lalu di Papua dan Kilimanjaro (5.892m) di Tanzania pada 1 Agustus lalu.

Empat puncak lainnya adalah Vinson Massif (4897m) di Antartika, Denali atau McKinley (6.194m) di Alaska, Aconcagua (6.962m) di Argentina dan terakhir Sagarmatha atau Everest (8.850m) di Nepal. Ketujuh puncak dunia tersebut didaki dalam kurun waktu April 2010 sampai Mei 2012.

Ekspedisi ini didanai dan didukung oleh PT Pertamina, PT Tugu Pratama Indonesia, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Eiger, Pointrek, Wanadri, dan Rumah Nusantara, serta dibantu media, yakni ANTARA, Metro TV, dan Kompas.
(A032/B010)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010