Semarang (ANTARA News) - Universitas Diponegoro Semarang terjun ke bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), yang sebagian keuntungannya akan digunakan untuk menopang biaya penyelenggaraan akademik.

"Kami menargetkan SPBU ini bisa menjual sekitar 20 ton bahan bakar setiap hari, dan keuntungan yang didapat akan masuk ke Undip," kata Rektor Undip, Prof. Susilo Wibowo usai meresmikan pengoperasian SPBU 44.502.23 Undip di Semarang, Kamis.

Pendapatan SPBU tersebut, katanya, ditargetkan mampu mengurangi beban kebutuhan yang ditanggung Undip sebesar dua persen.

Menurut dia, pengelolaan SPBU yang menempati areal tanah seluas sekitar 3.500 meter persegi itu baru bisa mencapai titik impas (break event point-BEP) dalam kurun waktu 7-8 tahun mendatang.

Ia mengatakan pembangunan SPBU tersebut merupakan bantuan dari PT Pertamina yang menelan dana sekitar Rp5 miliar dan pengelolaannya akan dilakukan secara profesional oleh badan pengelola SPBU Undip.

"Kami berharap pengelolaan SPBU ini secara profesional bisa memberikan pendapatan yang cukup besar bagi Undip sehingga mampu membantu Undip menopang berbagai kebutuhan yang harus dicukupi," katanya.

Secara tidak langsung, kata dia, pendapatan dari SPBU tersebut akan mengurangi biaya kuliah bagi mahasiswa Undip, ditambah pendapatan dari berbagai usaha yang selama ini telah dikelola.

"Sejak 2009 lalu, berbagai usaha yang dikelola Undip telah menyumbang pendapatan sebesar Rp960 miliar dan jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan pengoperasian SPBU ini," katanya.

Dengan pendapatan yang diperoleh dari berbagai usaha Undip itu, lanjutnya, ia menargetkan mahasiswa Undip akan terbebas dari biaya sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) pada empat tahun mendatang.

Terkait pendirian SPBU tersebut, ia mengaku pihaknya ingin memberikan kemudahan bagi mahasiswa Undip dalam melakukan mobilitas yang banyak menggunakan kendaraan sepeda motor dan mobil.

"Kami telah melakukan pendataan dan menemukan jumlah mahasiswa Undip yang menggunakan sepeda motor mencapai sekitar 37 persen, belum termasuk mobil. Ditambah kendaraan dosen dan karyawan," katanya.

Ia mengakui proses perizinan pembangunan SPBU itu sangat lama, sebab pihaknya tak kunjung mendapatkan izin dari Pemerintah Kota Semarang meskipun akhirnya keluar setelah waktu yang lama.

Selain itu, kata dia, pengoperasian SPBU tersebut juga dapat membantu masyarakat sekitar terkait kebutuhan bahan bakar untuk kendaraannya, termasuk membantu dalam mendapatkan lapangan pekerjaan.

"Nantinya, SPBU ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas lain, seperti minimarket, gerai makan, penyedia jasa, dan tempat usaha lain yang akan ditujukan untuk mahasiswa Undip yang ingin berwirausaha," kata Susilo.
(KR-ZLS/B/A030)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010