Jakarta (ANTARA News) - Dua ahli keamanan mengatakan Jum'at bahwa mereka merilis perangkat untuk menyerang ponsel pintar berbasis sistem operasi Android Google Inc guna membujuk produsen memperbaiki kelemahan yang memungkinkan peretas membaca email dan pesan teks korbannya.

"Itu tidak mudah dibuat," kata Nicholas Percoco, kepala Spider Labs yang ditemani seorang mitra kerjanya saat merilis perangkat itu di konferensi peretas Defcon di Las Vegas, Jum'at.

Percoco membutuhkan sekitar dua minggu untuk membangun perangkat lunak berbahaya yang memungkinkan penjahat mencuri informasi berharga dari pengguna smartphone Android.

"Ada orang yang jauh lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal ini daripada kita," tambahnya.

Tools yang disebut root kit itu, setelah diinstal, memungkinkan pengembangnya mendapatkan kontrol perangkat Android, yang sedang diaktifkan oleh konsumen, dalam jumlah sekitar 160 ribu unit per hari, menurut Google.

"Kita bisa melakukan apa yang ingin kita lakukan dan tidak ada petunjuk bahwa kita ada di sana," kata Percoco.

Ujicoba serangan dilakukan terhadap ponsel buatan HTC Corp, Legend, yang berbasis Android dan ponsel Desire, tapi ia percaya dapat dilakukan pada ponsel Android lainnya.

Perangkat lunak tersebut dirilis dalam keping DVD yang diberikan kepada peserta konferensi. Percoco dijadwalkan membahas hal itu saat berbicara pada Sabtu.

Google dan HTC tidak segera membalas telepon untuk memberikan komentar.

Sekitar 10 ribu peretas dan ahli keamanan menghadiri konferensi Defcon, perkumpulan terbesar di dunia dimana ahli komputer berkumpul dengan agen keamanan federal.

Peserta membayar 140 dolar dalam bentuk uang tunai untuk hadir dan tidak diharuskan untuk menyebutkan nama mereka untuk menghadiri konferensi.

Penegak hukum menyusupkan agen rahasianya sebagai peserta untuk mengawasi penjahat, juga pejabat pemerintah yang merekrut pekerja untuk melawan kejahatan komputer dan untuk Kementerian Pertahanan.

Penyelenggara konferensi mengatakan presenter merilis perangkat seperti kit root Percoco untuk memaksa produsen memperbaiki kesalahan, demikian Reuters melaporkan.

(Adm/S026)

Penerjemah: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010