Bengkulu (ANTARA News) - Kemolekan dan keindahan objek wisata panjang Kota Bengkulu yang memiliki pantai pasir putih dan tanaman pinus yang rimbun sepanjang lebih kurang tujuh kilometer seakan tidak pernah luput dari ingatan para pengunjung.

Bagi masyarakat Bengkulu keindahan pantai panjang ini sudah menjadi hal yang biasa. Namun bagi wisatawan dari luar daerah atau wisatawan asing akan teringat betapa indahnya dan nyamannya ketika berada di bawah rimbunan pinus dengan angin sepoi-sepoi.

Dalam lima tahun terakhir pemerintah daerah menata infrastruktur pariwisata dengan membangun dam untuk menghadang derunya ombak dan ancaman tsunami, sebab sepanjang pantai sudah banyak berdiri bangunan megah.

Sejumlah hotel berbintang, cottage, villa, restoran atau kafe, pusat perbelanjaan mewah, tempat bermain atau taman hiburan sudah banyak berdiri, sehingga kawasan itu menjadi satu-satunya tujuan obyek wisata andalan daerah ini.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu pada akhir tahun 2009 mencanangkan kawasan ini menjadi salah tujuan utama wisatawan Internasional, meski pencanangan itu hanya sebatas seremonial yang implikasinya kurang greget atau sekadar "jor-joran".

Namun, keindahan dan kemolekan pantai panjang yang menghadap langsung ke lautan bebas menyimpan keganasan yang luar biasa karena gulungan atau deru ombak yang terkadang muncul seperti bukit atau gunung.

Pada musim tertentu atau angin barat di kawasan pantai yang menjorok langsung ke lautan bebas Samudra Hindia ini, tak satupun terlihat kapal nelayan atau kapal niaga di perairan pantai panjang karena gelombang tinggi dan tiupan angin kencang.

Bagi pengunjung khususnya masyarakat lokal agaknya kurang memperdulikan itu, tetapi pengunjung dari luar melihat kejadian gelombang tinggi dan angin kencang akan sangat mengerikan dan selalu waspadai untuk tidak mendekat ke pantai.

Kawasan pantai ini selalu ramai dan menjadi tempat hiburan dan bercengkerama untuk menghilangkan penat bagi warga setempat terutama pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu dengan membawa anak dan keluarga.

Melihat keceriaan warga yang sering membawa anak dan keluarga bermain di pinggir pantai yang sesekali pecahan gelombang menerpa pasir putih membuat keasyikan tersendiri.

"Asyik juga ya bermain di tepi pantai pasir putih yang selalu mendekati gelombang, tapi ngeri ah ombaknya seperti tsunami," kata Sri Dahlia, salah seorang pengunjung yang mengakui warga DKI Jakarta.

Ungkapan polos Sri Dahlia itu, sebenarnya menjadi fakta dan sulit dipungkiri, sebab kawasan pantai panjang yang indah dan molek ini menyimpan keganasan yang terkadang tanpa disadari para pengunjung.

Bahkan pantai ini sering menjadi pelampiasan kegundahan atau kemarahan, seperti peristiwa yang terjadi pada Sabtu sore (31/7), salah seorang lelaki paruh baya berusia 45 tahun bernama Kisno berupaya mau bunuh diri yang diduga akibat persoalan keluarga.

Pada Sabtu sore itu di tengah pengunjung ramai berwisata di kawasan itu tertuju melihat perlakuan Kisno yang menceburkan diri ke laut dan terseret gelombang hingga ke tengah.

Perlakuannya itu menjadi tontonan warga dan pengunjung, upaya sejumlah warga sekitar menggunakan perahu mengejarnya untuk melakukan pertolongan hampir dua jam gagal, karena ia terus berenang sekuat tenaga mengarah ke tengah laut.

Edi, salah seorang warga setempat yang berusaha memberi pertolongan sempat beberapa kali digulung ombak bersama perahu yang dikemudikan bersama seorang temannya.

"Saya sudah berusaha mengajak dan membujuk dia agar naik ke perahu tetapi ditolak bahkan ia terus melaju ke tengah. Usaha kami sudah cukup tapi gagal, saya kembali ke pantai sambil meninggalkan ban pelampung di dekatnya," ujar Edi.

Pelampung yang dilempar Edi ke Kusno rupanya dimanfaatkan sehingga ia terus terseret gelombang ombak hingga ke tengah.

Aparat kepolisian yang mencapai puluh orang berjaga dan berkoordinasi dengan tim pencari dan penolong (SAR) penyelamatan pantai panjang akhirnya menggunakan perahu dan kapal nelayan mengejar Kisno.

Tim SAR menggunakan seuntai tali mengepung Kisno dan berhasil menangkap lalu mengikat tangan yang bersangkutan dan menaikkan ke perahu. Di pinggir pantai sang istri yang sempat beberapa kali jatuh pingsan melihat perlakuan Kisno di tengah gulungan ombak akhir lega melihat drama hampir empat jam itu.

Kisno yang merupakan pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu ini diduga mengidap penyakit aneh atau stres dalam persoalan keluarga.

Ia setelah berhasil di bawa ke pinggir pantai dalam kondisi pingsan dan tangan terikat langsung dilarikan polisi ke Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat (RSJKO) Bengkulu untuk memeriksa kondisi kesehatan dan kejiwaannya.

Banyak korban

Berdasarkan catatan pemerintah daerah setempat di kawasan ini telah banyak korban jiwa, terutama anak-anak dan remaja akibat terseret ombak ketika bermain dan berenang di pantai.

Sepanjang tahun 2009 sedikitnya lima orang anak sekolah SD yang bermain bola mandi di pantai menjadi korban akibat terseret ombak.

Bahkan dalam kurun lima tahun terakhir ini sudah mencapai lebih dari sepuluh korban jiwa dan sebagian besar anak sekolah SD dan SMP.

Pemerintah Kota Bengkulu memasang papan merek di sejumlah tempat stragis di kawasan ini yang melarang mandi di pantai, tetapi imbauan itu selalu diabaikan.

Wali Kota Bengkulu Ahmad Kanedi dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan para orang tua agar selalu menjaga anak-anaknya dan melarang mandi di kawasan pantai tersebut.

"Kami mengimbau kepada para orang tua atau para pengunjung agar menjaga anak-anaknya tidak terlalu dekat ke pantai, karena gelombang ombak tinggi terkadang muncul yang bisa membahayakan jiwa," ujarnya.

Untuk menekan jumlah korban jiwa di pantai panjang ini, pemerintah provinsi dan pemerintah kota perlu membuat sebuah kesepakatan untuk membentuk sebuah wadah pengaman atau petugas penjaga pantai atau polisi pariwisata agar keamanan dan kenyamanan warga atau wisatawan semakin terjamin.

Jika ada wadah atau petugas khusus tersebut bisa bertindak atau bergerak cepat jika terjadi sesuatu yang mengancam jiwa manusia, sehingga pantai panjang ini tidak lagi dijadikan sebagai tempat upaya bunuh diri atau menelan korban jiwa.

Paling tidak upaya untuk bunuh diri dan korban jiwa bisa dicegah jika sudah terbentuk petugas khusus yang siap mengamankan dan mengawasi para pengunjung atau wisatawan di lokasi obyek wisata pantai panjang ini.
(T.I016/Z002/P003)

Oleh Oleh Indra Goeltom
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010