Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan meninggalnya Iwan Tirta membuat Indonesia kehilangan putra terbaik bangsa yang sangat berdedikasi dalam seni batik.

"Kita semua kehilangan seorang putra bangsa yang mengabdi dengan tulus di bidang seni dan budaya khususnya batik. Mari kita lepaskan beliau semoga arwahnya mendapat tempat yang layak di sisi Tuhan," katanya saat melayat di rumah duka di Jalan Panurukan, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu.

Ia mengatakan, dedikasi Iwan Tirta untuk melestarikan dan mengembangkan budaya batik telah mendapatkan penghargaan dari seluruh dunia.

Pemerintah pun, menurut dia, telah memberikan upakarti kepada Iwan Tirta karena dedikasinya terhadap bidang seni dan budaya khususnya batik pada tahun 1990. Pada 2004 Iwan Tirta kembali mendapatkan penghargaan anugerah kebudayaan dari pemerintah.

Wacik menambahkan, Iwan Tirta juga pernah menjadi desianer batik yang digunakan para kepala negara dalam pertemuan APEC 1994 di Indonesia.

"Jasa beliau tak pernah kita lupakan, ingat batik, ingat Iwan Tirta," katanya.

Ketika ditanya apakah Iwan Tirta akan diusulkan untuk mendapatkan gelar Pahlawan, Jero Wacik belum bisa memastikan.

"Kita akan bahas apa yang bisa kita lakukan," katanya.

Sementara itu, selain Jero Wacik, nampak pula mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Joop Ave dan juga Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Sebelumnya nampak Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Dewi Motik, dan tokoh pendidikan Arif Rahman.

Sedangkan selibritis dari dunia fashion tampak antara lain Peragawati Senior Ratih Sanggarwati dan Okky Asokawati serta Perancang Busana Harry Darsono.

Iwan Tirta tutup usia Sabtu (31/7) pukul 08.40 WIB di Rumah Sakit Abdi Waluyo. Maestro batik Indonesia dengan nama asli Nusjirwan Tirtaamidjaja tersebut meninggal dunia di usia 75 tahun karena sakit. Jenazah dimakamkan di dekat makan sang ibu di TPU Karet Bivak.

Almarhum Iwan Tirta yang lahir di Blora, 18 April 1935. Semasa kecilnya, Iwan Tirta bercita-cita menjadi diplomat. Ayahnya, Moh Husein Tirtaamidjaja, yang merupakan anggota Mahkamah Agung Republik Indonesia pada era 1950 hingga 1958 mendukung cita-cita almarhum dengan mengizinkan kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia.

Almarhum lulus pada 1958 dan sempat menjadi dosen Hukum Internasional, sebelum ia melanjutkan pendidikan di London, pada "School of Economics and School of Oriental and African Studies".

Setelah kembali ke tanah air, ia diangkat menjadi Associate Professor dalam ilmu hukum internasional di Fakultas Hukum Univesitas Indonesia.
(ANT/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010