Jakarta (ANTARA News) - Pilkada Provinsi Sulawesi Utara yang akan berlangsung pada 3 Agustus mendatang diprediksi hanya akan berlangsung satu putaran saja,karena hasil survei LSI bahawa pasangan Sinyo H Sarundajang – Djauhari Kansil (SHS-DK) yang diusung Partai Demokrat mengungguli tiga pesaing lainnya yaitu memperoleh dukungan 35,2 persen responden.

Demikian keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin, tentang hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Jaringan Komunikasi Elektronik (JKE), sebuah anak perusahaan dibawah LSI grup, yang diselenggarakan akhir Juni sampai awal Juli 2010.

Menurut Direktur Eksekutif LSI Denny JA bahwa survei itu dikerjakan dengan metode standar LSI, yakni multistage random sampling, wawancara tatap muka, 440 responden dan margin error plus minus 4,8 persen.

Saat survei dilakukan, pasangan lainnya yang membuntuti SHS-DK adalah Stvanus Vreeke Runtu- Marlina Moha Siahaan dengan skor 26,5 persen suara. Sementara, dua pasangan lainnya, Elly Engelbert Lasut- Hanny Wullu mendapat dukungan suara 19,7 persen dan Ramoy M Luntungan – Hamdi Paputungan hanya 11,7 persen.

"Kalau tak ada gempa politik lokal yang dahsyat, pasangan SHS-DK akan memenangkan pemilihan kepala daerah di Sulut hanya dengan satu putaran saja. Kecuali, kalau keadaannya menjadi abnormal seperti terjadi skandal besar yang meluas dan massif serta dipercaya publik. Misalnya, terjadi skandal korupsi atau skandal perempuan," ujar Denny JA.

Atau, lanjutnya, bisa juga karena ada program yang luar biasa dari kompetitor SHS yang juga massif dan dipercaya publik karena memiliki daya tarik yang dahsyat. "Pertanyaannya, apa mampu kompetitor melakukan itu dalam waktu yang kurang lebih tiga minggu lagi ini," ungkapnya.

Mengenai faktor yang membuat pasangan SHS-DK lebih unggul dibanding pasangan lainnya, Direktur Eksekutif JKE-LSI Network Toto I Fatah menjelaskan, antara lain, karena secara figur SHS jauh lebih dikenal oleh sekitar 98,0 persen dan lebih disukai 87,2 persen. Gambaran tingkat pengenalan dan kesukaan terhadap SHS ini merata di hampir semua segmen, baik suku, agama, gender, tingkat pendidikan dan penghasilan.

"Inilah salah satu kelebihan dari calon incumbent dimana pun. Dia bisa lebih dikenal ketimbang calon lainnya. Walaupun, dikenal tidak harus berarti disukai. Nah, SHS itu dikenal tapi juga disukai mayoritas pemilih. Hal ini tentu karena SHS adalah calon incumbent yang dianggap berhasil," jelas Toto.

Toto menyebut contoh keberhasilan SHS dalam pelaksanaan "World Ocean Conference (WOC)" yang diketahui publik secara meluas dan dianggap berhasil karena dirasa bermanfaat oleh sekitar 74,2 persen masyarakat Sulut. Hanya 6,6 persen masyarakat yang menyatakan kurang bermanfaat.

Keberhasilan lain, lanjutnya, pelaksanaan Upacara Bendera di bawah laut saat Festival Bunaken yang menarik perhatian luas masyarakat Sulut. "Sekitar 67,4% masyarakat Sulut menganggap kegiatan tersebut sebagai keberhasilan SHS," tegasnya.

Namun begitu, Toto menambahkan, kendati SHS sudah unggul sementara dari kandidat lainnya, dia belum bisa aman betul. Sebab, dari total responden yang disurvei masih ada sekitar 37,1 persen suara belum memutuskan atau masih ragu-ragu (swing voter).

"Tingginya "swing voter" ini masih menjadi ancaman buat posisi SHS. Sebab, suara yang masih ragu dan belum memutuskan itu bisa saja merupakan penolakan secara halus terhadap incumbent. Inilah tantangan buat SHS untuk menggarap kelompok ini jangan sampai pindah ke kompetitor lain," jelasnya.

Menurut Toto, jika situasi politik normal dan tak ada program kompetitor yang dahsyat, SHS potensial menang satu putaran. "Dan jika itu yang terjadi, berarti gubernur ke-20 yang berhasil dimenangkan LSI Denny JA," ungkapnya.(*)
(ANT/R009/ brt)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010