Sleman (ANTARA News) - Di tengah membanjirnya produk alat musik modern saat ini, "Bengkel Gamelan" milik Tri Suko di Jalan Lingar Barat, Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap memproduksi alat-alat musik tradisional gamelan.

"Kami tidak hanya memproduksi, tetapi juga memperbaiki berbagai gamelan seperti gong, bende, kendang dan lainnya yang suaranya sudah tidak laras lagi," kata pemilik "Bengkel Gamelan" Tri Suko, Sabtu.

Menurut dia, usaha yang dilakukannya ini merupakan warisan turun temurun yang telah lama ditekuni keluarga besarnya.

"Usaha ini merupakan warisan turun temurun dari kakek, ayah sejak puluhan tahun lalu. Saya sendiri merupakan generasi ke empat yang mulai menekuni bengkel gamelan sekitar tahun 1980-an," paparnya.

Ia mengatakan, di begkelnya ini ia bersama keluarga dan dibantu enam tenaga kerja mencoba untuk melestarikan alat musik peningglan budaya para leluhur ini.

"Kami mencoba untuk melestarikan warisan seni budaya yang begitu indah ini, jika tidak maka gemelan semakin lama akan semakin tergusur alat musik modern, sehingga bisa hilang dari peredaran," ujarnya.

Tri Suko mengemukakan, selain memproduksi berbagai jenis gamelan bengkel miliknya ini juga menerima jasa perbaikan gamelan dan perlengkapan lainnya.

"Pemesan gamelan tidak hanya dari Yogyakarta dan sekitarnya saja, tetapi tidak sedikit yang berasal dari luar daerah seperti Solo, Klaten, Magelang, Temanggung dan beberapa kota di luar Jawa," paparnya.

Ia mengatakan, dalam satu tahun rata-rata ada dua sampai empat pemesan gamelan satu set yang harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

"Sedangkan untuk harganya sangat bervariasi, tergantung jumlah gamelannya apakah pelog slendro atau haya pelog saja. Selain itu, juga tergantung dari kualitas bahannya seperti apa yang diinginkan pemesan," ujarnya menjelaskan.

Keahliannya membuat dan memperbaiki gamelan ini ia peroleh dari orang tuanya yang juga merupakan warisan dari leluhurnya secara turun temurun.

"Kami hanya mencoba untuk melestarikan kekayaan budaya warisan leluhur, memang patut disayangkan saat ini hanya sedikit saja generasi muda yang cinta dan mau menekuni seni karawitan khususnya memainkan gamelan," katanya.(V001/C004)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010