Semarang (ANTARA News) - Pertunjukan wayang orang yang digelar setiap Sabtu malam di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang selama ini kurang diminati masyarakat, sebab dari 300 kursi yang tersedia rata-rata hanya terisi 100 kursi.

Pimpinan Wayang Orang Ngesti Pandowo, Cicuk Sastrosoedirdjo, di Semarang, Kamis, mengatakan sedikitnya penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang orang selama tiga jam tersebut karena kurang publikasi, padahal harga tiketnya hanya Rp10.000.

Namun, menurut dia, jumlah penonton tersebut tetap lebih banyak daripada tahun lalu setelah Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip mewajibkan siswa SD, SMP, dan SMA/SMK menyaksikan wayang orang dan ketoprak.

Sebelum ada instruksi wali kota untuk melestarikan warisan budaya itu, katanya, jumlah penonton wayang orang setiap kali pertunjukan tidak sampai 100 orang.

Ia mengatakan, dengan pemasukan dari penjualan sebanyak 100 tiket, berarti pendapatan setiap pekan hanya satu juta rupiah atau empat juta rupiah sebulan.

"Kami memang mendapat bantuan dari APBD Rp33,9 juta untuk satu tahun," katanya.

Namun, dari hasil penjualan tiket dan bantuan dari APBD yang diterima Wayang Orang Ngesti Pandowo jauh dari memadai, sebab grup seni tradisional ini harus menghidupi sekitar 100 orang yang terlibat di dalamnya.

"Kami kadang juga harus tombok untuk menutup kekurangan biaya produksi," kata Cicuk.

Ia mengatakan meskipun uang yang dihasilkan sedikit, semangat para seniman tidak pernah surut. "Justru hal ini memotivasi mereka untuk lebih kreatif," katanya.

Ketua Dewan Kesenian Daerah Jawa Tengah Bambang Sadono mengatakan rendahnya animo masyarakat menyaksikan wayang orang antara lain disebabkan adanya pilihan media hiburan yang beragam dan lebih praktis bahkan gratis, seperti televisi, internet, dan bioskop.

"Banyaknya pilihan itulah yang membuat animo masyarakat untuk wayang orang kurang. Kondisi sekarang beda dengan zaman dulu ketika hiburan hanya ada wayang saja," kata Bambang yang juga Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah.

Menurut dia, agar wayang orang tetap diminati, para pelaku seni pertunjukan tradisional ini harus lebih kreatif, terutama dalam mengemas pertunjukan, misalnya merancang panggung yang menarik, tata suara yang baik, serta ruangan yang nyaman.(*)
(U.pso-201/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010