Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VII DPR Bobby Adhityo Rizaldi mendesak pemerintah agar segera melakukan identifikasi secara jelas penyebab ledakan tabung gas yang marak terjadi dalam beberapa waktu terakhir, seperti di Jakarta, Makassar dan Jawa Timur.

Menurut Bobby yang juga politisi Partai Golkar itu di Jakarta, Selasa, masalah ledakan tabung gas bukan sekedar persoalan teknis pada proyek konversi gas yang telah dimulai 2,5 tahun lalu, tapi juga telah menjadi masalah sosial.

"Hal ini sesuai dengan PP 59/2001 tentang Perlindungan Konsumen Barang dan Jasa, masyarakat berhak mendapatkan perlindungan atas penggunaan tabung tiga kg yang telah diberikan gratis sebanyak 44.465.000 paket," katanya

Karena itu, ia menilai solusi yang paling tepat dan dapat diambil adalah jika pemerintah dapat mengidentifikasi secara jelas dan detail mengenai penyebab meledaknya tabung-tabung tersebut.

Bobby menjelaskan, hasil penelitian Badan Standardisasi Nasional (BSN) menyebutkan bahwa 66 persen tabung gas tiga kg yang beredar di masyarakat tidak memenuhi standar, belum cukup kuat untuk menentukan langkah yang harus diambil pemerintah.

Pemerintah harus mampu menjelaskan penyebab ledakan tersebut, apakah alat seperti tabung, slang, regulator, dan sebagainya atau karena kelalaian pemakaian, seperti kebocoran yang tidak terdeteksi ataupun salah penggunaan, sehingga pemerintah dapat memfokuskan pada pengawasan proses produksi juga sosialisasi penggunaan tabung gas.

"Kalau alatnya yang jadi penyebab, maka pemerintah harus memeriksa Pertamina sebagai pelaksana pengadaan proyek konversi gas ini seperti tabung, regulator dan selang, juga Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) yang menyatakan apakah produk tabung gas dan aksesori dari produsen sudah layak mendapatkan SNI (atau tidak, red) ," tukasnya

"Setelah itu baru kemudian dapat diambil langkah-langkah, menghukum produsen tabung gas yang nakal dan oknum terkait. Atau diberikan penggantian selang yang layak secara gratis daripada masyarakat harus membeli dengan harga yang murah tapi tidak aman sesuai SK menteri Perindustrian no 61 tahun 2010," imbuhnya.

Namun demikian, lanjutnya, jika ditemukan bahwa penyebab ledakan karena faktor kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penggunaan tabung gas, seperti yang dilansir Pertamina, diantaranya karena kealpaan deteksi kebocoran, selang yang harus diganti (karena lewat satu tahun pemakaian), dan lingkungan yang aman, menurut Bobby, maka pemerintah harus melakukan tindakan sosialisasi penggunaan tabung gas yang aman secara intensif.

Agen
Selain itu, kata Bobby, reaksi para agen yang secara masif mengembalikan tabung gas ke produsen, juga harus dicermati, karena secara fisik tabung tiga kg sangat ringan dibanding tabung 12 kg dan sering dilempar sewaktu kosong di tempat agen, sehingga penyok-penyok. Hal ini dapat dihindari bila ada pengawasan atau pembinaan yang cukup.

Menurut Bobby, saat ini pemerintah belum mampu mengungkapkan bukti secara nyata mengapa tabung-tabung gas itu meledak sehingga perlu upaya yang lebih keras dalam fase ini agar tidak salah dalam mengambil kebijakan.

"Pada akhirnya apakah hasil selama 2,5 tahun proyek konversi yang telah berhasil menarik 10.658 kiloliter minyak tanah ini, sebanding dengan keresahan yang dialami masyarakat? Wajar ada yang mengatakan bahwa pemerintah telah mengirim "bom" ke rumah-rumah," katanya.(D011/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010